Kepala UKP PIP Yudi Latif/setkab.go.id

Koran Sulindo – Pancasila adalah titik temu segala warna, dan titik pijak dan tuju dalam pelaksanaan pembangunan di Indonesia.

“Dengan cara itu kemajemukan bukan menjadi sumber konflik, tapi kebahagiaan hidup bersama,” kata Kepala Unit Kerja Presiden Pembinaan Ideologi Pancasila (UKP-PIP), Yudi Latif, dalam Pertemuan Kebangsaan yang digelar Nation and Character Building Institute (NCBI) bertema “Mengawal Demokrasi: Menolak Politik SARA, Merawat Kebinekaan,” di Jakarta, Sabtu (27/1/2018).

Indonesia adalah negara yang majemuk, terdiri atas berbagai suku, agama, ras dan antargolongan (SARA), yamg semuanya bisa bersatu karena ada Pancasila.

“Segala kemajemukan dunia itu miniaturnya ada di Indonesia. Itu modal terpenting yang bisa dibanggakan dari Indonesia. Indonesia bersyukur punya jam terbang kelola kemajemukan, dan memiliki Pancasila,” katanya.

Menurut Yudi, negara-negara di Timur Tengah bisa pecah menjadi berbagai macam negara, padahal mereka berada pada dataran, bahasa, dan budaya yang sama.

Indonesia mempunyai banyak pengalaman mengelola kemajemukan, sejak sumpah pemuda 28 Oktober 1928, saat pemuda dari berbagai daerah, dari berbagai keragaman identitas, meleburkan diri menjadi satu.

Dalam kehidupan politik dan pemerintahan, Indonesia memandang semua lapisan masyarakat memiliki hak yang sama. Latar belakang agama, ras atau suku tidak membatasi warga negara untuk menjadi pemimpin.

Bahkan, Indonesia pernah memiliki kepala negara perempuan.

“Amerika saja mulai tergoda anti perbedaan, anti asing. Menyelesaikan persoalan perbedaan warna kulit saja mereka belum selesai,” kata Yudi. [DAS]