Presiden Filipina, Rodrigo Duterte/AFP Photo-Ted Aljibe

Koran Sulindo – Setelah kelompok militan Islam yaitu Maute-ISIS, Presiden Rodrigo Duterte kini menyasar kelompok Tentara Rakyat Baru (NPA) di bawah Partai Komunis Filipina (CPP). Tuduhannya pun sama: NPA dan Maute dianggap sebagai kelompok teroris.

Duterte karena itu akan menggunakan kekuatan militer untuk melawan organisasi sayap CPP seperti Bayan. Setelah kekuatan militernya cukup lama berisitirahat selepas pertempuran di Marawi, Duterte akan segera mengerahkannya melawan NPA.

Ia mengakui NPA dan CPP awalnya sebagai kelompok “pemberontak” yang sah. Akan tetapi, setelah menerima informasi yang sumbernya tidak jelas, dimana NPA dituduh membunuh orang-orang tidak bersalah termasuk bayi yang baru berusia empat bulan.

“Saya tidak lagi mengakuinya sebagai sebuah gerakan atau semi-gerakan dan menempatkannya sebagai organisasi teroris sama halnya dengan kelompok teoris buatan Amerika,” kata Duterte seperti dikutip inquirer.net di kota Davao pada Minggu (19/11).

Berdasarkan itu pula, Duterte akan menghentikan perundingan damai dengan kelompok CPP. Ditambah pula ia dijuluki sebagai seorang fasis, pembunuh dan korup. Ketika CPP dan NPA percaya informasi itu, Duterte merasa kelompok tersebut tidak perlu repot-repot mengajaknya untuk berunding.

Pernyataan Duterte itu sebagai tanda bahwa perundingan dengan Front Nasional Demokratik Filipina (NDFP) yang mewakili CPP dan NPA tidak akan berlanjut. Tindakan seseorang tidak akan dimaafkan hanya karena menjadi anggota NPA. Justru sebaliknya, tindakan “kekerasan” itu akan membuat citra NPA akan sama seperti teroris, pembunuh dan lain sebagainya.

“Saya akan menganggap mereka sebagai ‘penjahat’. Kami akan belajar dan mungkin akan menggunakan kekerasan pada suatu waktu. Saya muak dengan mereka,” kata Duterte. [KRG]