Koran Sulindo – Sekretaris Jenderal PDI Perjuangan, Hasto Kristiyanto, mengatakan pemimpin seharusnya membangun peradaban atas dasar komitmen kepada bangsa dan negara, bukannya menciptakan kontroversi. Seorang pemimpin diukur dari apa yang disampaikan dan yang diputuskan, bukan dari kemampuannya menciptakan kegelisahan di tengah masyarakat
“Seluruh pemimpin sebaiknya membangun suasana yang kondusif. Jangan menciptakan persoalan-persoalan yang membuang energi bangsa,” kata Hasto, di sela-sela kursus politik Pancasila PDIP, di kantor DPP PDIP, Jalan Diponegoro, Jakarta, Minggu (24/9).
Sekjen PDIP menanggapi instruksi Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo kepada jajarannya untuk menonton bareng film “Pengkhiantan G30SPKI”.
“Keseluruhan permasalahan-permasalahan di masa lalu, jangan menjadi luka bagi bangsa ini, karena kita harus menatap ke depan. Setiap pemimpin yang berkebudayaan, seharusnya punya tugas menyatukan,” katanya.
Hasto menegaskan seluruh komponen bangsa harus bergandengan tangan dan mengedepankan semangat persatuan. Persoalan masa lalu harus dilihat sebagai pembelajaran terbaik, bukan untuk membongkar luka-luka masa lalu.
Panglima TNI dinilainya mempunyai kewenangan mengonsolidasikan dan memberikan instruksi ke dalam. Bukan ruang PDIP untuk mencampuri hal tersebut.
“Tapi dalam sikap PDIP, yang ingin kita ke depankan adalah mari bangsa ini menatap masa depan dengan belajar dari masa lalu, agar kemudian setiap pemimpin juga memenuhi tanggung jawabnya sebagai pemimpin untuk tidak menciptakan berbagai persoalan-persoalan yang tidak perlu,” kata Hasto.
PDIP mendukung gagasan Presiden Joko Widodo untuk membuat versi baru film G30S/PKI.
Sebelumnya, Presiden Jokowi menonton film mengenai sejarah itu penting. Tetapi untuk anak-anak milenial sekarang seharusnya dibuatkan lagi film yang disesuaikan dengan gaya mereka agar mereka mudah memahami bahayanya komunisme. [CHA/DAS]