Eva Kusuma Sundari/istimewa

Koran Sulindo – Menjelang pemilihan umum (pemilu) isu Komunisme dan Partai Komunis Indonesia (PKI) selalu muncul. Hal ini dipicu oleh inferioritas akibat tak mampu berkompetisi menarik simpati rakyat.

Politikus Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) Eva Kusuma Sundari pun angkat bicara. Terlebih, partainya kerap dikaitkan dengan isu Komunisme.

“Politis banget. Bisa dibaca sasarannya PDI-P dan Jokowi. Ini bertujuan menggembosi. Memfitnah PDIP akan percuma, rakyat sudah pintar kok,” kata Eva di Jakarta, melalui rilis media.

Kalau PDI-P dituduh sebagai antek Komunis tak relevan. Mengingat, sejak awal berdiri ideologi PDI Perjuangan adalah Pancasila. Ia menegaskan ideologi Pancasila PDIP adalah yang terbukti luar dalam, tidak munafik dan bermuka dua. PDI Perjuangan juga serius mempromosikan Empat Pilar Kebangsaan, memperjuangkan Hari Lahir Pancasila, dan menjadikan Pancasila sebagai mainstream kehidupan partai hingga kenegaraan.

“Kehidupan partai di tiap acara resmi, dari tingkat pengurus ranting hingga pusat saja membaca Pancasila. Mungkin partai lain tidak seperti itu” kata Eva.

Menurut Eva, jejak PDI-P tentang ideologi Pancasila terukur, nasionalisme religius-nya jelas, kebangsaannya Indonesia bukan yang lain.

Anggota Komisi Keuangan dan Perbankan DPR itu menduga para lawan politik PDI-P yang memilih isu PKI tampaknya dilanda sikap minder dan tidak berani bersaing secara sehat.

“Membangkitkan isu komunis seperti hidup di dunia lain, inferior complex karena menghindari pertarungan yang sesungguhnya berupa adu indeks prestasi,” ujarnya.

Kata Eva, mudah dibaca bahwa dalam konteks politik domestik, pemilu datang lebih awal. Pemilihan kepala daerah (Pilkada) 2018, dan tahapan pemilu serentak 2019 mulai dimasuki, sehingga para “aktor politik” mulai menghangatkan suhu, termasuk memunculkan isu PKI.

‎”Sangat tidak ksatria karena basisnya fitnah dan tanpa fakta, mengada-ada. Tidak ada data dan bukti. Jika PKI memang ada, kan bisa dilaporkan ke polisi langsung. Padahal PKI sudah haram di Republik ini,” ujarnya.

Ia kerap melihat di media sosial, bagaimana isu PKI dimunculkan untuk merundung, menghasut, hingga membangkitkan kebencian di basis massa. Bahkan, informasi yang masuk, walau belum diverifikasi, hal itu dilakukan bukan saja oleh partai politik lawan PDI-P, tapi juga SMS blasting olah aparat.

Diingatkannya, isu kebangkitan PKI sudah dihembuskan sejak rejim Soeharto berkuasa dan tidak pernah ada buktinya hingga saat ini. Di negara berhaluan Komunis sendiri, seperti Tiongkok dan Rusia, implementasi kebijakannya saat ini adalah kapitalisme yang agresif.

Contoh lain yaitu Korea Utara dan Kuba sudah kepayahan secara ekonomi, sehingga komunisme sebagai ideologi di dunia sudah tak laku.

“Membangun ketakutan terhadap komunisme itu kelihatan bodoh, karena serasa di jaman perang dingin. Sementara Rusia dan China sudah beralih ke perang ekonomi, tak pakai ideologi. Adu pintar ilmu dan pengetahuan, kompetisi,” kata Eva. [CHA]