Mendagri Tjahyo Kumolo/Puspen Kemendagri

Koran Sulindo – Pendukung Basuki Tjahaja Purnama yang bernama Veronica dituntut tetap memberi penjelasan mengenai orasinya yang menuduh rezim Joko Widodo lebih parah dibanding masa Susilo Bambang Yudhoyono. Dengan begitu, publik tidak memiliki penafsiran berbeda-beda tentang pernyataannya itu.

Meski begitu, Menteri Dalam Negeri (Mendagri) Tjahjo Kumolo menyebutkan Veronica sudah mengirim pesan singkat (SMS) kepadanya tentang maksud orasinya itu. Tjahjo akan tetapi sepertinya belum puas. Ia karena itu menuntut Veronica menjelaskan secara lengkap maksud orasinya itu.

Tjahjo tidak mempersoalkan dukungan Veronica kepada Ahok, sapaan Basuki. Itu sah-sah saja. Namun, Tjahjo tidak melihat ada hubungan antara penahanan Ahok dengan rezim Joko Widodo dimana ia menjadi bagiannya.

Lalu, bagaimana awalnya Tjahjo mengidentifikasi Veronica? Dalam rangka mengklarifikasi maksud Veronica, Tjahjo kemudian mencari data-datanya lewat KTP elektronik (e-KTP). Namun, ia menolak jika disebut membocorkan data Veronica. Tjahjo karena itu menolak untuk meminta maaf karena itu.

Terlebih ia mengaku tidak pernah membocorkan, apalagi menyebarkan data-data Veronica. Kala itu, ia hanya menunjukkan data Veronica ketika wartawan menanyakan identitas pendukung Ahok yang disebut memfitnah Presiden Joko Widodo.

“Saya hanya sebatas melayani pertanyaan wartawan terutama soal data,” kata Tjahjo seperti dikutip antaranews.com di Jawa Timur, Sabtu (13/5).

Tjahjo merasa tidak bersalah ketika ia menunjukkan data Veronica kepada wartawan. Apalagi wartawan sah-sah saja mempertanyakan itu. Memang data siapapun lengkap di Kementerian Dalam Negeri sepanjang sudah melakukan perekaman. Dengan demikian, mudah mencari datanya, kata Tjahjo.

Kendati demikian, Tjahjo memastikan tidak aan membawa kasus ini ke proses hukum. Ia hanya ingin mendapatkan penjelasan dari Veronica. Sejurus dengan itu, Tjahjo membantah tindakannya itu sebagai pembatasan berdemokrasi. [KRG]