Ilustrasi/http://plntanjungjatib.blogspot.co.id

Koran Sulindo – PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) memprioritaskan perusahaan pembangkit listrik yang mengedepankan teknologi ramah lingkungan, terutama bagi pembangkit yang menggunakan bahan bakar batubara.

Direktur Pengadaan PT PLN Supangkat Iwan mengatakan, teknologi ramah lingkungan ini akan diterapkan untuk di seluruh pembangkit yang terdapat di Pulau Sumatera. Hal itu bertujuan untuk mengurangi dampak CO2 yang menyebar di udara.

“Kami akan menscreening untuk perusahaan pembangkit yang menggunakan teknologi super critical yang akan diterima sebagai penggarapan proyek. Kalau tidak bisa ya mohon maaf akan kita tolak,” kata Supangkat Iwan melalui keterangan tertulisnya, Jakarta, Sabtu (6/5).

Kendalanya, guna mendapatkan bahan bakar batu bara dengan teknologi ramah lingkungan itu kini bukan persoalan mudah. Selain biaya yang masih tinggi hal tersebut juga belum banyak tersedia di dalam negeri.

Sementara itu Sekjen Masyarakat Kelistrikan Indonesia Heru Dewanto mengatakan, 55% pembangkit listrik di Indonesia berasal dari sumber daya batubara atau Pembangkit Listrik Tenaga Uap.

“Nah di sisi lain, funding untuk batu bara juga semakin sulit karena negara-negara Eropa dan Amerika Serikat, sudah tidak mau lagi memberikan investasinya untuk bahan bakar batu bara,” paparnya.

Menurutnya, kebutuhan teknologi ramah lingkungan dengan harga yang murah juga menjadi tantangan tersendiri bagi para penyedia komponen dalam industri pembangkit.

Saat ini, di Indonesia baru terdapat satu pembangkit listrik di atas 1000 megawatt yang sudah menggunakan teknologi jenis ini yaitu Cirebon Power Plant 2 yang berada di Cirebon, Jawa Barat.

Sementara, PT Siemens Indonesia menyatakan siap mendukung pemerintah Indonesia mengembangkan potensi energi terbarukan. Hal ini juga bertujuan untuk mendukung program Presiden Joko Widodo mewujudkan mega proyek 35.000 megawatt.

CEO PT Siemens Indonesia Josef Winter mengatakan Indonesia merupakan pasar yang menarik di sektor energi. Karena memiliki pasokan energi yang cukup, berkesinambungan, dan terjangkau. Hal ini dinilai merupakan pendorong ekonomi Indonesia.

“Tantangannya adalah bagaimana menyediakan teknologi yang tepat guna, khususnya di sektor ketenagalistrikan, yang efisien dan ramah lingkungan,” kata Winter. [CHA]