Koran Sulindo – Banjir bandang yang menerjang Kabupaten Aceh Tenggara menyisakan duka yang mendalam. Selain merusak ratusan rumah dan menewaskan dua orang warga, ribuan warga terpaksa mengungsi karena rumahnya telah rata dengan tanah.
Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Aceh Tenggara mencatat sekitar 2.476 orang menjadi korban banjir bandang. Korban tersebut tersebar di lima desa di Kecamatan Lawe Sigala-gala.
Kepala Bidang Darurat dan Logistik BPBD Aceh Tenggara Irwan memerinci jumlah korban tersebut, di Desa Lawe Sigala Timur terdapat 900 orang atau 195 kepala keluarga. Desa Lawe Tua Gabungan sebanyak 608 jiwa atau 159 kepala keluarga.
Lalu di Desa Lawe Tua Persatuan terdapat 568 orang atau 148 kepala keluarga. Selanjutnya, Desa Kayu Belin 220 jiwa atau 80 kepala keluarga dan terakhir Desa Lawe Sigala Barat 180 orang atau 66 kepala keluarga.
“Korban meninggal dua orang yakni Orlina Br Sitorus, 86 tahun (warga Desa Sigala Barat) dan Terang Sitanggang, 1,5 tahun (Desa Lawe Tua Gabungan),” kata Irwan seperti dikutip antaranews.com pada Kamis (13/4).
Irwan bercerita, selepas peristiwa banjir bang tersebut, material seperti gelondongan kayu dan bebatuan yang sempat menutup jalan lintas Kutacane – Medan telah berhasil dibersihkan. Lalu, pemerintah daerah juga telah mendirikan dua pos komunikasi pengungsi di Desa Suka Makmur untuk menampung korban.
Warga menyebutkan, banjir bandang kali ini disebut yang paling parah dibandingkan yang pernah terjadi sebelumnya. Rumah yang berbahan batu bata dan kayu mampu dijebol banjir hingga merusak beberapa bagian rumah.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) Aceh Tenggara, wilayah ini terdiri atas 16 kecamatan dengan 385 desa. Dari jumlah itu, 282 desa berada di lembah dan 103 desa terletak di lereng pegunungan. Aceh Tenggara merupakan daerah pegunungan dengan ketinggian 25 meter hingga 1.000 meter di atas permukaan laut dan dikelilingi Taman Nasional Gunung Leuser dan Bukit Barisan. [KRG]