Koran Sulindo – Bom yang diledakkan di 2 buah gereja di Mesir pada Minggu Palma jelang perayaan Paskah menewaskan 40 orang. Bom ini memakan korban paling banyak dalam sejarah pengeboman Gereja Koptik Mesir.
Bom bunuh diri itu meledak dalam jarak waktu yang tidak terlalu lama. Pertama di Gereja Mar Girgis, Tanta (sekitar 120 km sebelah utara Kairo) dan Gereja Santo Markus di kota pelabuhan Iskandarsyah (Alexandria).
Desember 2016 lalu sebuah gereja Koptik juga disasar bom.
Dalam peristiwa di Alexandria, 3 orang polisi termasuk komandan lokal setempat tewas ketika mencegah tersangka teroris yang langsung meledakkan diri.
Negara Islam (ISIS) menyatakan mereka yang melakukan aksi di 2 tempat itu, melalui pernyataan di kantor berita Aamaq.
Koptik adalah agama Kristen terbesar di Mesir, sekitar 10 persen warga Mesir menganut agama itu, walau tetap minoritas di negara berpenduduk mayoritas Islam itu.
Pemerintah menyatakan serangan itu adalah upaya memecah belah Mesir.
Menurut data sementara Kementerian Kesehatan, korban tewas di Tanta sebanyak 25 orang.
“Ledakan itu terjadi di bangku depan, dekat altar, ketika misa sedang berlangsung,” kata Jenderal Tarek Atiya, Wakil Menteri Dalam Negeri bidang hubungan media, seperti dikutip AFP.
Saat itu sedang berlangsung misa Minggu Palma, salah satu hari raya dalam kalender Kristen, seminggu menjelang Paskah.
Ledakan kedua di Alexandria menewaskan 11 orang, dan 35 orang luka-luka.
Paus Tawadros, Imam tertinggi Koptik, konon mengahdiri misa itu tapi sudah pergi ketika bom meledak.
Paus Francis, Imam tertinggi Katolik Roma dijadwalkan mengunjungi Mesir minggu depan, pada 28-29 April menyelenggarakan doa bersama untuk para korban.
Perdana Menteri Sherif Ismail mengutuk serangan itu, dan menekankan akan mati-matian memberantas terorisme.
Ledakan itu terjadi tatkala jadwal misa wanita. Katedral St Markus terhindar dari kerusakan.
“Ledakan disebabkan 12 kilogram bom TNT,” kata petugas keamanan, seperti dikutip kantor berita negara, MENA.
Jalan-jalan menuju Katedral St Markus langsung ditutup polisi.
Presiden Mesir Abdel-Fattah El-Sisi mencanangkan 3 hari berkabung nasional.
“Terorisme menargetkan kaum Koptik dan umat Muslim…Mesir justru akan makin kuat dan bersatu dalam situasi semacam ini,” kata El-Sisi, seperti dikutip Al Ahram Online.
Al-Azhar juga mengutuk serangan itu.
“Menyerang rumah ibadah dan membunuh orang tak berdosa adalah kriminal yang melanggar prinsip Islam,” bunyi pernyataan resmi Al Azhar. [DAS]