Aksi massa sayap kanan di Venezuela berubah menjadi kekerasan. Oposisi disebut sebagai dalang [Foto: Istimewa]

Koran Sulindo – Protes massa oposisi sayap kanan Venezuela berubah menjadi bentrokan pada Jumat (7/4) kemarin. Sebagian media massa yang pro sayap kanan justru mendramatisir aksi protes tersebut sebagai kekerasan negara dan menyebabkan kematian seorang demonstran.

Itu yang dituliskan venezuelaanalysis.com dengan judul yang sensasional: Venezuela Sees Third Day of Violent Protests, 1 Death. Berdasarkan media online yang berbasis di Meksiko itu melaporkan seorang demonstran bernama Jairo Ortiz, 19 tahun tewas. Laporan itu berdasarkan keterangan polisi yang menyebutkan Ortiz tewas setelah mengikuti demonstrasi beberapa hari di negara bagian Miranda.

Penyidik dan jaksa kemudian menahan pelaku bernama Rohenluis Mata Rojas, petugas kepolisian yang diduga bertanggung jawab atas kematian Ortiz. Media ini juga meyakini foto-foto yang beredar secara online menjadi sebuah kebenaran atas apa yang terjadi di Venezuela. Inti berita yang ingin disampaikan bahwa pihak berwajib Venezuela melakukan kekerasan dengan melanggar hak asasi manusia.

Beda Pemberitaan
Laporan tersebut berbeda dengan apa yang disampaikan telusurtv.net. Media ini sama sekali tidak menyebutkan soal kematian itu. Dan dari berbagai pemberitaan baru venezuelaanalysis.com yang memberitakan tentang kematian itu. Pemerintah justru menuding sayap kanan yang dipimpin Freddie Guevara menjadi dalang dari kekerasan yang pecah dalam aksi demonstrasi. Pemerintah karena itu mengecam aksi Guevara.

Awalnya, Guevara meminta massa untuk aksi pawai damai di depan kantor Ombudsman Venezuela. Massa ini terdiri atas tujuh jalur yang akan berakhir di Caracas, ibu kota Venezuela. Akan tetapi, aksi pawai damai itu segera berubah menjadi kekerasan. Itu disebabkan keputusan Guevara yang menganjurkan massa untuk berbelok ke arah kantor Ombudsman. Bentrokan dan kerusuhan pun pecah.

Siaran langsung sejak Selama malam lalu, Wakil Presiden Venezuela Tareck El Aissami menjuluki rencana opisisi itu tidak bermoral. Ia tak menyangka oposisi sayap kanan nekad untuk menimbulkan kekerasan. “Apa yang mereka inginkan dari kekerasan, apa yang ingin dicapai. Itu tindakan tidak bertanggung jawab dan kriminal,” kata Aissami seperti dikutip telusurtv.net pada 7 April 2017.

Pecahnya kekerasan itu merupakan buntut dari perdebatan politik selama seminggu yang terjadi di gedung wakil rakyat. Merujuk kepada koran sayap kanan, Aissami menuding oposisi telah merencanakan kekerasan tersebut. Koran itu memuat judul yang provokatif The Final Battle will be in Miraflores.

Bahkan untuk beberapa alat seperti meja, kursi dan lain-lain yang dibakar ketika aksi massa sayap kanan itu dicuri dari sekolah di Chacao. “Kami mengecam dan mencela semua tindakan itu,” kata Aissami.

Seperti di Suriah saat ini, apa yang dialami Venezuela sulit tidak menghubungkannya dari intervensi politik Amerika Serikat (AS). Melalui media massa reaksioner terutama media massa arus utama, mereka menyebarkan kebohongan. Dengan demikian, itu dipakai sebagai pembenaran atas tindakan agresi mereka. Akankah Presiden Maduro dan Bashar Al Assad akan tetap bertahan? [KRG]