Sepanjang sejarah, hubungan antara agama dan ilmu pengetahuan sering kali digambarkan sebagai konflik.
Namun, beberapa Paus menentang narasi ini dengan mempelajari ilmu pengetahuan dan melakukan penyelidikan ilmiah untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang penciptaan.
Dalam perkembangannya, Gereja Katolik semakin menerima ilmu pengetahuan. Para Paus dan kardinal di masa lalu mungkin perlahan menyadari bahwa sains dan agama bukanlah musuh, melainkan sekutu—dua bahasa berbeda yang menceritakan kisah yang sama, sebuah cerita tentang simetri dan keseimbangan.
Berikut ini adalah 9 Paus yang merangkul ilmu pengetahuan.
1. Paus Sylvester II
Menurut Britannica, Paus Sylvester II adalah seorang sarjana besar dan matematikawan.
Menurut HIstory of Information, dia memperkenalkan pengetahuan bahasa Arab di bidang aritmatika, matematika, dan astronomi ke Eropa, serta memperkenalkan kembali sempoa dan bola dunia yang telah hilang di Eropa sejak berakhirnya era Yunani-Romawi.
Sempoa yang diperkenalkan kembali oleh Paus Sylvester II memiliki panjang yang dibagi menjadi 27 bagian dengan 9 simbol angka (ini tidak termasuk angka nol, yang diwakili oleh kolom kosong) dan total 1.000 karakter.
Karena langkahnya, sempoa akhirnya digunakan lagi secara luas di Eropa pada abad ke-11.
2. Paus Yohanes XXI
Mengutip dari SpringerLink, Paus Yohanes XXI adalah seorang filsuf, ahli logika, ahli anatomi, ilmuwan, profesor kedokteran di Universitas Siena, dan penulis buku yang diadopsi selama hampir 4 abad di universitas-universitas pada Abad Pertengahan.
Paus Yohanes XXI mengamati bintang-bintang, melakukan eksperimen, dan berdiskusi dengan para dokter mata terkenal yang pada masa itu menjadikan Viterbo sebagai pusat studi tentang penglihatan.
Dia menulis tiga risalah, yaitu Tentang mata (De oculo), Perbendaharaan Obat-obatan untuk Orang Miskin (Thesaurus Pauperum), dan Ringkasan Kecil tentang Logika (Summulae Logicales). Risalah terakhir digunakan di universitas-universitas Eropa dari abad ke-13 hingga awal abad ke-18.
3. Paus Gregorius XIII
Melansir dari History Channel, Paus Gregorius XIII memperkenalkan kalender Gregorian pada tahun 1582. Sebelumnya, Eropa menggunakan Kalender Julian, yang pertama kali diterapkan oleh Julius Caesar pada tahun 46 SM.
Kalender Julian salah menghitung panjang tahun matahari sebesar 11 menit, sehingga tidak lagi sinkron dengan musim.
Ketidakakuratan tersebut menjadi perhatian Paus Gregorius XIII karena ini berarti Paskah, yang secara tradisional dirayakan pada tanggal 21 Maret, semakin menjauh dari ekuinoks musim semi setiap tahunnya.
Dibantu terutama oleh astronom dan dokter Napoli Luigi Lilio Ghiraldi dan anggota Serikat Yesus Jerman serta matematikawan Christopher Clavius, Paus Gregorius XIII mengoreksi kesalahan Kalender Julian.
Pada tanggal 24 Februari 1582, dia mengeluarkan bulla kepausan Inter gravissimas dan mereformasi kalender.
4. Paus Leo XIII
Melansir dari La Croix International, Paus Leo XIII dijuluki sebagai “Pausnya kaum pekerja” karena mengeluarkan ensiklik Rerum Novarum (Tentang Modal dan Tenaga Kerja) pada tahun 1891, yang meletakkan dasar bagi ajaran sosial Katolik.
Selain berkontribusi bagi dunia pekerja, Paus Leo XIII merupakan seorang intelektual yang berpandangan ke depan. Dia mendorong kolaborasi ilmiah internasional dan membuka Arsip Vatikan bagi para peneliti.
Kemudian pada tahun 1879, melalui ensiklik Aeterni Patris (Tentang Pemulihan Filsafat Kristen), dia menyerukan kebangkitan kembali filsafat Thomistik di sekolah-sekolah Katolik, yang didasarkan pada pemikiran St. Thomas Aquinas.
Dia juga memajukan kajian Alkitab modern, dengan mendesak agar penafsiran kitab suci selaras dengan penemuan ilmiah kontemporer, sebagaimana diuraikan dalam Providentissimus Deus (Tentang Studi Kitab Suci, 1893).
5. Paus Pius XII
Paus Pius XII adalah Paus pertama yang menerima Teori Big Bang, yang dikemukakan oleh seorang pastor dan kosmolog Belgia Georges Lemaître.
Lemaître berpendapat bahwa Alam Semesta fisik awalnya adalah sebuah partikel tunggal—yang disebutnya sebagai “atom purba”—yang hancur dalam sebuah ledakan. Ledakan itu memunculkan ruang dan waktu serta perluasan Alam Semesta yang terus berlanjut hingga saat ini.
Melansir dari Inters, dalam sebuah diskusi yang diadakan di Akademi Ilmu Pengetahuan Kepausan pada bulan November 1951, Paus Pius XII mengklaim bahwa penemuan astronomi terkini mengonfirmasi penggambaran penciptaan Alam Semesta dalam KItab Kejadian sebagai Fiat lux.
Dia menilai bahwa pada dasarnya, ilmu pengetahuan membuktikan keberadaan Tuhan. Dia juga menegaskan apa yang ditemukan sains tampaknya tidak mengingkari apa yang ditegaskan iman.
6. Paus Yohanes Paulus II
Gereja Katolik menjatuhkan hukuman penjara seumur hidup kepada Galileo Galilei dan mewajibkannya melafalkan tujuh mazmur pertobatan seminggu sekali karena mempromosikan Teori Heliosentrisme.
Menurut JP2 Online, Paus Yohanes Paulus II menaruh banyak perhatian pada perkara Galileo. Ia pertama kali secara terbuka memuji Galileo pada tanggal 10 November 1979 dalam pidato peringatan 100 tahun kelahiran Einstein.
Di dalamnya, Paus Yohanes Paulus II menyatakan penyesalannya karena Gereja tidak selalu memberikan otonomi yang tepat kepada ilmu pengetahuan alam. Dia juga mengakui bahwa Galileo telah banyak menderita akibat ulah orang-orang dan lembaga-lembaga Gereja.
Namun, bertentangan dengan pendapat umum yang terus-menerus diulang oleh media, Paus Yohanes Paulus II tidak meminta maaf atas penderitaan yang ditimpakan kepada Galileo, apalagi merehabilitasinya.
Penyesalan atas kesalahan dalam kasus Galileo telah diungkapkan oleh Konsili Vatikan Kedua dalam konstitusinya, Gaudium et Spes.
7. Paus Benediktus XVI
Melansir dari The Imaginative Conservative, Paus Benediktus XVI berkontribusi untuk ilmu pengetahuan dengan mengadakan dialog antara teologi, filsafat, dan ilmu pengetahuan alam.
Pertama, dia membuka ruang untuk dialog jujur tentang hubungan antara umat Kristen, khususnya Gereja Katolik, dan sains.
Kemudian, dia membantu membuka Arsip Vatikan bagi para peneliti yang menyelidiki apakah pengadilan Gereja memperlakukan ilmuwan abad pertengahan, termasuk Galileo, secara adil.
Sebagai rasa terima kasih atas kontribusinya, dua astronom, L. D. Schmadel dan F. Borngen, menamakan asteroid yang baru ditemukan sebagai “Ratzinger 8861” untuk menghormati Paus Benediktus XVI.
8. Paus Fransiskus
Paus Fransiskus mendukung ilmu iklim dan pengelolaan lingkungan dalam ensikliknya, Laudato Si’: On Care For Our Common Home.
Melalui ensiklik itu, dia mengkritik perusakan alam melalui penyalahgunaan sumber daya secara tidak bertanggung jawab.
Dia juga menyerukan agar orang-orang mengambil hasil penelitian ilmiah terbaik yang tersedia saat ini untuk melawan polusi, perubahan iklim, krisis air, hilangnya keanekaragaman hayati, penurunan kualitas hidup manusia dan keruntuhan masyarakat, dan ketidaksetaraan global.
Dalam menyusun Laudato Si’, Paus Fransiskus mengandalkan penelitian ilmiah yang ketat yang menghubungkan aktivitas manusia dengan perubahan iklim. Ini menjembatani kesenjangan yang telah terjadi selama berabad-abad antara agama dan ilmu pengetahuan.
9. Paus Leo XIV
Sebelum terpilih sebagai Paus baru, Robert Francis Prevost memperoleh gelar Sarjana Sains Matematika dari Universitas Villanova pada tahun 1977 dan Magister Divinitas dari Catholic Theological Union di Chicago. [BP]