Massa mengibarkan bendera untuk merayakan Reunifikasi Jerman pada tanggal 3 Oktober 1990. (Sumber: Wikimedia Commons)
Massa mengibarkan bendera untuk merayakan Reunifikasi Jerman pada tanggal 3 Oktober 1990. (Sumber: Wikimedia Commons)

Empat tahun setelah berakhirnya Perang Dunia 2, Jerman secara resmi terpecah menjadi dua negara merdeka. Republik Federal Jerman (FDR atau Jerman Barat) bersekutu dengan negara-negara demokrasi Barat, dan Republik Demokratik Jerman (GDR atau Jerman Timur) bersekutu dengan Uni Soviet. Pembangunan Tembok Berlin dimulai oleh pemerintah Jerman Timur pada 13 Agustus 1961 untuk mempertegas pemisahan tersebut.

Gabungan dari beberapa masalah yang ada menyebabkan kedua Jerman bersatu pada tanggal 3 Oktober 1990. Reunifikasi Jerman secara resmi mengakhiri Perang Dingin dan mengilhami upaya menuju integrasi Eropa yang lebih besar.

Faktor Reunifikasi Jerman

Ada 5 faktor krusial yang menyebabkan Reunifikasi Jerman. Faktor yang pertama dan paling mendasar adalah kesenjangan sosial antara Jerman Barat dan Timur.

Melansir dari situs Halsbury Travel, warga Jerman Barat merasakan kualitas hidup yang lebih baik di bawah kapitalisme. Ekonomi pasar bebas diterapkan dan penghormatan terhadap kebebasan individu terjamin. Negara ini mengalami industrialisasi yang pesat, pertumbuhan ekonomi yang tinggi, perkembangan infrastruktur yang cepat, dan modernisasi.

Orang-orang hidup sejahtera karena mudah mengakses layanan yang luas dan barang-barang konsumen dari Barat serta dapat bepergian ke negara-negara Barat lainnya dengan bebas. Rakyat juga memiliki hak untuk mengkritik pemerintah dan terlibat dalam kegiatan politik tanpa takut akan penganiayaan. Berbagai media pun secara terbuka menyajikan beragam opini dan analisis.

Sebaliknya, di Jerman Timur, masyarakat menghadapi banyak tantangan seperti pembangunan infrastruktur yang terhambat, kekurangan perumahan, pilihan konsumen yang terbatas, dan infrastruktur yang tidak terurus.

Orang-orang tertahan oleh regulasi perjalanan yang ketat dan tidak bisa kabur ke Jerman Barat karena Tembok Berlin dijaga oleh pasukan bersenjata. Mereka juga hidup dalam ketakutan karena diteror oleh polisi rahasia yang disebut Stasi (Ministerium für Staatssicherheit). Dan pers di Jerman Timur dikontrol ketat oleh negara, dengan fungsinya hanyalah sebagai alat propaganda untuk mempromosikan cita-cita sosialis dan menekan kebebasan berpendapat.

Gelombang Pengungsi

Kondisi di Jerman Timur semakin memburuk akibat keruntuhan rezim komunis di Eropa Timur, khususnya di Uni Soviet. Mikhail Gorbachev melakukan reformasi dengan menerapkan Glasnost dan Perestroika, mengejutkan pemimpin komunis garis keras Jerman Timur, Erich Honecker. Pada tahun 1988, pemerintahan Honecker mulai melarang peredaran publikasi Soviet di Jerman Timur yang dianggapnya sebagai subversif yang berbahaya.

Akan tetapi pada musim panas tahun 1989, pemerintah reformis Hungaria mulai mengizinkan warga Jerman Timur melarikan diri ke Jerman Barat melalui perbatasan antara Hungaria dengan Austria. Menjelang musim gugur, ribuan warga Jerman Timur pergi melalui rute ini, sementara ribuan lainnya mencari suaka di kedutaan besar Jerman Barat di Praha dan Warsawa, menuntut agar mereka diizinkan beremigrasi ke Jerman Barat.

Pada akhir September, menteri luar negeri Jerman Barat Hans-Dietrich Genscher membuka gerbang ke Barat bagi ribuan pengungsi dari Jerman Timur. Berita itu menyebabkan gelombang kegembiraan yang besar di kalangan para pengungsi yang telah menunggu di taman kedutaan selama berminggu-minggu. Setelah Genscher selesai berpidato, para pengungsi menaiki bus yang membawa mereka ke stasiun kereta api di distrik Libeň, Praha. Dari sana, banyak kereta api membawa mereka pergi ke Jerman Barat.

Sementara itu sejumlah besar orang menggelar demonstrasi massal di jalan-jalan Leipzig dan kota-kota Jerman Timur lainnya untuk menentang pemerintah dan menuntut reformasi.

Tembok Berlin Runtuh

Arus pengungsi ke Jerman Barat melalui Hungaria, Cekoslowakia, dan Polandia membuat Partai Persatuan Sosialis (Sozialistische Einheitspartei Deutschlands) di Jerman Timur sangat malu. Untuk mengatasinya, partai tersebut mencopot Honecker dari jabatannya pada pertengahan Oktober dan menggantinya dengan seorang komunis garis keras yang lain, yaitu Egon Krenz.

Namun pada malam tanggal 9 November 1989, Günter Schabowski, seorang fungsionaris komunis, secara keliru mengumumkan pada konferensi pers yang disiarkan televisi bahwa pemerintah akan mengizinkan warga Jerman Timur untuk melakukan perjalanan tanpa batas ke Jerman Barat. Dia gagal menjelaskan bahwa beberapa peraturan akan tetap berlaku, seperti visa untuk keluar negara hanya dapat diajukan selama jam kerja normal.

Pengumuman Schabowski melalui siaran televisi secara luas ditafsirkan sebagai keputusan untuk membuka Tembok Berlin. Media Barat pun secara tidak akurat melaporkan bahwa perbatasan telah dibuka.

Akibatnya, banyak orang berkumpul dan menuntut masuk ke Berlin Barat. Karena tidak siap, para penjaga perbatasan membiarkan mereka pergi. Puluhan ribu warga Jerman Timur menyebrang tanpa melalui pemeriksaan paspor dan merayakan kebebasan baru mereka bersama warga Berlin Barat. Tembok Berlin secara resmi runtuh.

Two Plus Four dan Reunifikasi Jerman

Runtuhnya Tembok Berlin terbukti berakibat fatal bagi Jerman Timur. Pemerintahan baru di bawah Lothar de Maizière memulai negosiasi darurat untuk membahas perjanjian penyatuan. Para anggotanya mendapat tekanan dari gelombang pengungsi, yang mengancam akan melumpuhkan Jerman Timur.

Pada bulan Juli, gelombang protes itu sedikit teredam oleh penyatuan moneter kedua Jerman dan pengenalan mata uang baru, yakni mark Jerman (deutsche mark).

Kemudian kanselir Jerman Barat Helmut Kohl pergi ke Moskow pada tanggal 10 Februari 1990 untuk meminta persetujuan Gorbachev dalam berjuang demi persatuan. Uni Soviet merespon kunjungan itu dengam menyatakan siap menghormati hak warga Jerman untuk memutuskan masa depan kehidupan mereka. Kunjungan tersebut juga menekankan bahwa kedua Jerman tidak akan dapat bersatu tanpa persetujuan Amerika Serikat, Inggris, Prancis, dan Uni Soviet, karena keempat negara tersebut masih bertanggung jawab berdasarkan ketentuan Perjanjian Potsdam tahun 1945.

Oleh karena itu, pada tanggal 13 Februari 1990, para menteri luar negeri dari Jerman Barat dan Timur serta keempat negara sekutu bertemu di Ottawa. Mereka sepakat untuk membuka perundingan mengenai aspek keamanan eksternal dari penyatuan kedua Jerman. Kelompok ini disebut Two Plus Four atau Dua Tambah Empat. Negosiasi berlangsung di Bonn, ibu kota sementara Jerman Barat, pada tanggal 5 Mei. Hasilnya adalah Uni Soviet menyetujui penyatuan internal dan 360.000 tentara akan ditarik keluar dari Jerman Timur.

Pertemuan kedua Two Plus Four diadakan di Berlin pada tanggal 22 Juni 1990. Hasilnya adalah Menteri Luar Negeri Uni Soviet, Eduard Shevardnadze, mengakui bahwa kompromi mungkin dilakukan, Angkatan Darat Jerman yang bersatu akan dikurangi jumlahnya menjadi 370.000 orang, Angkatan Darat Soviet akan meninggalkan wilayah Jerman Timur pada tahun 1994, dan Pasukan NATO tidak akan dikerahkan ke wilayah Jerman Timur.

Pertemuan Two Plus Four yang ketiga diadakan di Paris pada tanggal 17 Juli 1990. Para anggota sepakat untuk membuat sebuah dokumen yang mengatur semua masalah terkait pemulihan kedaulatan penuh Jerman. Empat dari enam negara yang hadir dalam pertemuan itu juga setuju untuk menangguhkan hak dan tanggung jawab mereka terhadap Jerman, termasuk kota Berlin yang terbagi, mulai dari hari reunifikasi.

Perjanjian penyatuan akhirnya diratifikasi oleh Bundestag dan DPR pada bulan September. Perjanjian itu mulai berlaku pada tanggal 3 Oktober 1990, segera setelah para menteri dari forum Two Plus Four menandatangani. Reunifikasi Jerman Barat dan Timur ditandai dengan pengibaran bendera, membunyikan lonceng, dan demonstrasi besar-besaran untuk mendukung kebijakan nasionalis sekaligus menyerang kaum anarkis sayap kiri yang memprotes reunifikasi Jerman.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Reunifikasi Jerman disebabkan oleh 5 faktor krusial, yaitu kesenjangan sosial, Glasnost dan Perestroika, diterapkannya perizinan untuk melewati perbatasan Hungaria dengan Austria, runtuhnya Tembok Berlin, dan kesepakatan yang diperoleh dari tiga pertemuan Two Plus Four. Tanggal 3 Oktober diperingati setiap tahunnya sebagai Tag Der Deutschen Einheit atau Hari Persatuan Jerman. [BP]