Citra radar yang menunjukkan Badai Audrey sebelum badai menerjang daratan. Pada masa sebelum adanya satelit, perangkat seperti radar berguna untuk memantau badai. (Sumber: NOAA)

Ketika kalender menunjukkan tanggal 27 Juni, sebagian besar dari kita mungkin tak langsung mengaitkannya dengan sebuah tragedi besar. Namun, bagi mereka yang tinggal di sepanjang pesisir Teluk Meksiko pada tahun 1957, tanggal ini adalah hari kelam.

Dimana tanggal 27 juni adalah hari ketika Badai Audrey, salah satu badai paling mematikan dalam sejarah Amerika Serikat, menerjang daratan dengan kekuatan luar biasa. Dalam waktu singkat, badai itu menelan ratusan nyawa, menghancurkan kota-kota pesisir, dan meninggalkan jejak kehancuran yang tak terlupakan.

Awalnya Gelombang Tropis yang Tenang

Melansir laman Hurricane Science, Badai Audrey bermula dari gelombang tropis yang terbentuk di Samudra Atlantik dan melintasi Laut Karibia selama bulan Juni 1957. Selama perjalanan itu, sistem tersebut tetap tidak berkembang secara signifikan.

Namun, pada malam hari 24 Juni, saat mencapai Teluk Meksiko bagian barat daya, sistem ini mulai menunjukkan perkembangan pesat. Sehari kemudian, 25 Juni, ia meningkat menjadi depresi tropis, meski tetap berada hampir diam di lokasi yang sama.

Perubahan besar mulai terjadi di hari yang sama, ketika sistem ini berkembang menjadi badai tropis. Kecepatan penguatan Audrey begitu luar biasa, menjadikannya badai penuh dalam waktu singkat. Keesokan harinya, 26 Juni, badai mulai bergerak ke utara dengan kecepatan sekitar 8 km/jam. Dalam pergerakannya ini, sistem mengalami intensifikasi cepat, berubah menjadi badai Kategori 2 dengan kecepatan angin mencapai 169 km/jam.

Menjelang tanggal 27 Juni, Audrey bergerak lebih cepat dengan kecepatan hingga 25 km/jam. Gerak maju ini disertai dengan intensifikasi besar-besaran saat badai mendekati daratan Amerika Serikat. Di atas laut, badai menghasilkan gelombang dahsyat setinggi 15,2 meter (50 kaki). Sebelum menerjang daratan, kecepatan angin mencapai puncaknya di angka 233 km/jam (145 mph), menempatkan Audrey sebagai badai Kategori 4 dalam Skala Saffir-Simpson.

Pagi itu, badai menghantam kawasan perbatasan Texas dan Louisiana, mendorong gelombang badai setinggi 3,7 meter (12 kaki) yang menyapu daratan dengan brutal. Gelombang setinggi minimal 1,8 meter (6 kaki) tercatat mulai dari Galveston, Texas hingga Cocodrie, Louisiana.

Efeknya sangat menghancurkan: rumah-rumah terangkat dari fondasinya dan dihanyutkan sejauh bermil-mil, kemudian ditemukan menumpuk di sepanjang Intracoastal Waterway di Louisiana. Banyak bangunan lainnya hancur berkeping-keping.

Cameron, Kota yang Luluh Lantak

Salah satu kota yang paling parah terdampak adalah Cameron, Louisiana. Dari kawasan sepanjang 35 km antara Cameron dan Grand Chenier, 60 hingga 80 persen rumah dan bisnis hancur total atau mengalami kerusakan parah.

Dari wilayah ini saja, lebih dari 370 orang tewas akibat terjangan badai. Secara keseluruhan, lebih dari 1,6 juta hektar tanah, hingga 40 km ke pedalaman, terendam oleh kombinasi gelombang badai dan luapan sungai.

Satu-satunya bangunan yang bertahan di Cameron adalah gedung pengadilan kota—saksi bisu dari kekuatan yang meluluhlantakkan segalanya di sekitarnya.

Kerusakan Audrey tak berhenti di pesisir. Angin kencang dirasakan dari Port Arthur, Texas hingga Mobile, Alabama. Di Texas timur, meski berada di sisi barat yang lebih lemah, badai tetap menumbangkan pepohonan, merusak infrastruktur komunikasi, dan menimbulkan kerusakan sedang.

Hujan deras mengguyur kawasan luas. Di Jefferson County, Texas, tercatat curah hujan harian sebesar 18,67 cm (7,35 inci)—rekor yang masih bertahan hingga hari ini. Di Basile, Louisiana, curah hujan mencapai 27 cm (10,63 inci). Beberapa tornado juga terbentuk, salah satunya mendarat di New Orleans, menyebabkan kerusakan tambahan di tengah bencana besar ini.

Setelah memasuki daratan, Audrey berbelok ke arah timur laut, melewati negara bagian bagian tengah seperti Tennessee. Di sana, badai memang melemah, namun tetap membawa dampak.

Bahkan saat sudah di luar wilayah tropis, Audrey menguat kembali karena proses sistemik di atmosfer. Di Jamestown, New York, dilaporkan angin hingga 161 km/jam (100 mph). Banjir besar tercatat di Illinois dan Indiana, memperluas cakupan bencana.

Meski catatan resmi mencatat kecepatan angin Audrey mencapai 233 km/jam, para ahli meteorologi dan saksi lapangan menemukan ketidakpastian tentang kekuatan sejatinya. Satu laporan dari anjungan minyak lepas pantai bahkan mencatat kecepatan angin mencapai 290 km/jam (180 mph)—angka yang, jika benar, akan menempatkan Audrey dalam kategori badai paling mematikan dan terkuat di luar musim puncak badai Atlantik.

Menariknya, di antara semua kehancuran itu, terdapat sebuah ironi pahit. Di Cameron, sebuah kapal bernama Audry terdorong ombak ke daratan dan menghancurkan sebuah rumah—seolah-olah badai itu datang dengan namanya sendiri terukir pada instrumen penghancurnya.

Dampak

Secara keseluruhan, sekitar 600 jiwa tewas—angka yang diperkirakan lebih besar karena banyak korban hilang tidak pernah ditemukan. Badai Audrey menjadi badai paling mematikan di AS sejak Badai New England 1938, dan tetap menjadi salah satu dari enam badai paling mematikan di AS hingga tahun 2009.

Tidak ada badai lain yang menelan korban sebanyak itu hingga hampir lima dekade kemudian, ketika Badai Katrina menghancurkan negara bagian yang sama pada 2005.

Total kerusakan yang ditimbulkan oleh Audrey mencapai $147 juta (1957 USD)—setara dengan $1,1 miliar dalam nilai tahun 2010. Badai ini juga tercatat sebagai badai pertama yang mencapai Kategori 4 di bulan Juni dan badai terkuat yang terbentuk sebelum Agustus, sampai akhirnya rekor tersebut dipecahkan oleh Badai Dennis pada tahun 2005. [UN]