Angkatan Kerja
Indonesia akan menikmati bonus demografi berupa angkatan kerja (foto/Antara)

Koran Sulindo – Menghadapi revolusi industri 4.0, perlu melibatkan semua institusi untuk meningkatkan dan kapasitas sumber daya manusia (SDM).

Utamanya, perhatian institusi yang mencetak SDM.

Menurut Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Industri (BPPI) Kementerian Perindustrian Ngakan Timur Antara, seluruh institusi yang menghasilkan SDM harus mengubah kondisi yang telah ada.

“Terutama kurikulum disesuaikan dengan apa yang dibutuhkan industri dan pelaku ekonomi di masa yang akan datang. Peningkatan SDM akan meningkatkan produktivitas,” kata Ngakan dalam Focus Group Discussion bertajuk “Akselerasi Industri 4.0 Berbasis Produk Kelautan dan Perikanan Indonesia” yang digelar di Kantor DPP PDI Perjuangan, Jalan Diponegoro 58, Jakarta, Kamis (27/8).

Ia menuturkan, keberpihakan pemerintah juga harus cukup jelas, termasuk dari sisi politik anggaran. Menurut dia, anggaran harus disiapkan untuk meningkatkan inovasi dan penemuan-penemuan baru.

“Tanpa ada kreativitas, revolusi industri 4.0 tidak akan berjalan. Hal ini mengingat ciri utama dari revolusi industri 4.0 adalah inovasi,” paparnya.

Kementerian Perindustrian sudah memetakan ada 84 sektor industri. Namun, dari 84 itu diambil lima sektor yang terlebih dahulu didorong untuk menerapkan revolusi industri 4.0 karena memberikan impak ekonomi yang signifikan.

Kelima sektor itu adalah makanan dan minuman, kimia, tekstil, otomotif dan elektronik. “Ini transformasi teknologinya lebih mudah dibanding sektor lain,” ujarnya.

Terkait penerapan revolusi industri 4.0 akan mengurangi penyerapan tenaga kerja, Ngakan menampik. Menurutnya, jika revolusi industri 4.0 dilakukan, maka kekhawatiran orang tentang pengurangan tenaga kerja tidak akan terjadi.

Bahkan, kata dia, dengan menerapkan revolusi industri 4.0, maka akan ada tambahan 10 juta tenaga kerja pada 2030. Diharapkan total tenaga kerja yang bisa terserap sampai 2030 nanti bisa mencapai 30 juta orang.

“Jadi sekarang semua harus peduli bagaimana mengembangkan anak-anak muda untuk maju dan kreatif dalam menghadapi revolusi industri 4.0 itu,” ujarnya.

Lebih lanjut Ngakan mengatakan, industri pada dasarnya merupakan upaya meningkatkan nilai tambah. Sumber daya Indonesia yang besar, harus bisa dimanfaatkan guna mendorong pertumbuhan ekonomi masyarakat.

Menurutnya, bonus demogratif yang dimiliki Indonesia harus dimanfaatkan. Terlebih, negara yang melewati masa bonus demografi, maka pertumbuhan ekonomi cenderung menurun. “Kita tidak mau itu,” ujarnya.

Karena itu, Ngakan mengajak untuk memberdayakan dan meningkatkan kreativitas serta kualitas SDM terutama anak muda.

“Bonus demografi harus dimanfaatkan dengan peningkatan skill. Berdayakan anak muda supaya bisa menyambut teknologi masa depan,” katanya.

Bagaimanapun, sambung Ngakan Indonesia tetap membutuhkan investasi. Baik itu dari dalam maupun luar negeri. Salah satu upaya menarik investor datang adalah dengan menjaga stabilitas politik. “Jangan harap investor datang kalau situasi politik tidak bagus,” katanya.

Dalam FGD turut dihadiri Sekjen PDI Perjuangan Hasto Kristiyanto dan Ketua DPP PDI Perjuangan Bidang Maritim Rokhmin Daruri, kader partaiĀ  dan sejumlah kepala daerah. [CHA/TGU]