Setiap perjalanan panjang sebuah bangsa, selalu ada momen penting yang menjadi titik balik dalam membentuk jati diri nasional. Bagi Kamerun, tanggal 20 Mei menjadi salah satu hari yang tak terlupakan dalam sejarahnya. Hari ini bukan sekadar peringatan seremonial, melainkan simbol dari keberanian untuk memilih jalan persatuan di tengah keragaman.
Di balik parade megah dan pidato kenegaraan yang menyemarakkan perayaan setiap tahunnya, tersimpan kisah panjang tentang perjuangan politik, integrasi wilayah, dan pencarian bentuk pemerintahan yang paling sesuai untuk menjaga keutuhan negara. Untuk memahami makna mendalam dari Hari Republik Kamerun, kita perlu menelusuri kembali sejarah dan latar belakang terbentuknya negara kesatuan ini.
Setiap tanggal 20 Mei, rakyat Kamerun merayakan sebuah hari besar yang menyatukan sejarah, identitas nasional, dan semangat kebangsaan yaitu Hari Republik Kamerun.
Hari ini bukan hanya dikenal sebagai Hari Nasional, tetapi juga sebagai Hari Persatuan Kamerun (Cameroon Unity Day), memperingati terbentuknya negara kesatuan pada tahun 1972. Lebih dari sekadar hari libur umum, Hari Republik menjadi simbol penting dari transformasi politik Kamerun dan momentum peralihan dari sistem pemerintahan federal menjadi negara kesatuan.
Latar Belakang Sejarah dari Kolonialisme ke Kemerdekaan
Melansir laman National Today, perjalanan panjang menuju Republik Kamerun dimulai jauh sebelum tahun 1972. Pada tahun 1884, Jerman menginvasi wilayah yang kini dikenal sebagai Kamerun dan menjadikannya sebagai koloni. Namun, akibat kekalahan Jerman dalam Perang Dunia Pertama, wilayah ini dibagi menjadi dua zona pengaruh, Inggris menguasai bagian barat (Kamerun Selatan), sedangkan Prancis mengambil alih bagian timur (Kamerun Prancis).
Pasca Perang Dunia Kedua, Kamerun menjadi salah satu Wilayah Perwalian Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), yang berada di bawah administrasi Prancis dan Inggris. Proses dekolonisasi membawa perubahan signifikan dimana Kamerun Prancis meraih kemerdekaan pada 1 Januari 1960, dan setahun kemudian, pada 1 Oktober 1961, Kamerun Selatan yang dikuasai Inggris memutuskan untuk bergabung dengan Kamerun, membentuk sebuah negara federasi.
Puncak dari proses penyatuan nasional terjadi pada 20 Mei 1972. Pada hari itu, diadakan referendum nasional yang menghasilkan keputusan penting, rakyat Kamerun menyetujui pembentukan negara kesatuan dan penghapusan sistem federal. Presiden Ahmadou Ahidjo, pemimpin negara saat itu, secara resmi membubarkan struktur federasi dan memproklamasikan berdirinya Republik Kamerun. Sejak saat itu, tanggal 20 Mei dikenang sebagai hari lahirnya persatuan nasional Kamerun.
Hari Republik Kamerun dirayakan secara luas dengan berbagai kegiatan simbolik, yang mencerminkan semangat patriotisme dan kebanggaan nasional. Salah satu momen paling dinantikan dalam perayaan ini adalah parade militer dan sipil yang diadakan secara besar-besaran. Pasukan berseragam, pelajar, kelompok budaya, dan masyarakat umum turut ambil bagian dalam pawai yang menggambarkan kekuatan dan keberagaman Kamerun.
Selain itu, pidato kenegaraan dari Presiden Kamerun menjadi bagian penting dari perayaan. Dalam pidato tersebut, presiden biasanya menyampaikan pesan persatuan, kemajuan nasional, serta tantangan dan harapan untuk masa depan negara. Bagi rakyat Kamerun, Hari Republik bukan hanya ajang selebrasi, tetapi juga refleksi atas sejarah panjang perjuangan bangsa dan upaya mempertahankan integritas negara di tengah dinamika politik dan sosial.
Struktur Pemerintahan dan Sistem Hukum di Kamerun
Setelah menjadi negara kesatuan, Kamerun mengembangkan sistem pemerintahan yang dipimpin oleh seorang presiden dengan masa jabatan tujuh tahun, yang dipilih melalui pemungutan suara rakyat. Sejak 1972, hanya dua presiden yang pernah menjabat, menandakan stabilitas sekaligus kritik terhadap dominasi kekuasaan eksekutif.
Majelis Nasional Kamerun memiliki kewenangan untuk membuat undang-undang, yang disahkan berdasarkan suara mayoritas. Meskipun terdapat sistem hukum modern, negara ini juga memberikan pengakuan terhadap peran tradisional seperti kepala suku dan fon (penguasa adat) dalam pemerintahan lokal. Mereka bahkan memiliki otoritas untuk membantu penyelesaian sengketa selama tidak bertentangan dengan hukum nasional.
Sistem hukum Kamerun sendiri merupakan gabungan dari tiga elemen utama: hukum perdata, hukum umum (common law), dan hukum adat. Namun, dalam praktiknya, pengadilan masih berada di bawah pengaruh eksekutif, karena semua hakim diangkat oleh presiden. Hal ini menjadi salah satu faktor yang membuat Freedom House memberi peringkat “tidak bebas” kepada Kamerun dalam hal hak politik dan sipil.
Meski telah menjadi negara kesatuan selama lebih dari lima dekade, Kamerun masih menghadapi tantangan serius, terutama dalam hal kebebasan sipil, ketimpangan regional, dan ketegangan antara wilayah berbahasa Prancis dan Inggris. Namun, Hari Republik tetap menjadi simbol semangat persatuan, mengingatkan rakyat Kamerun akan pentingnya persaudaraan dan kerja sama dalam membangun masa depan yang lebih baik.
Peringatan 20 Mei adalah ajakan untuk terus menjaga integritas nasional, memperkuat institusi demokrasi, dan menjunjung tinggi keadilan serta kesetaraan. Seperti halnya negara-negara lain yang merdeka dari kolonialisme, Kamerun terus melangkah dalam proses pembentukan jati diri nasional yang kokoh dan berdaulat.
Hari Republik Kamerun tidak hanya memperingati perubahan sistem pemerintahan, melainkan juga merayakan semangat persatuan di tengah keragaman sejarah, budaya, dan bahasa. Dengan semangat 20 Mei, rakyat Kamerun diajak untuk terus menjaga warisan kebangsaan mereka, membangun solidaritas lintas wilayah, dan menyatukan langkah menuju kemajuan yang inklusif dan berkelanjutan. [UN]