Koran Sulindo – Dalam rangka memeringati Hari Internasional untuk Penghapusan Kekerasan Terhadap Perempuan setiap 25 November, belasan ribu rakyat berdemonstrasi di pusat Kota Santiago, Cile pada Kamis (22/11) kemarin. Diperkirakan jumlah massa yang berkumpul ketika memeringati hari tersebut mencapai sekitar 15 ribu orang.
Juru bicara Red Chilena Contra la Violencia Hacia la Mujer (RCVM) organisasi feminis Cile, Lorena Astudillo mengatakan, pihaknya mengajak seluruh kaum perempuan untuk terlibat dalam demonstrasi ini. Tidak hanya untuk menunjukkan kekerasan ekstrem, juga menunjukkan kekerasan-kekerasan secara halus yang dialami kaum perempuan di Cile.
“Semakin banyak kaum wanita terlibat dalam gerakan ini. Bersatu untuk menyampaikan dan menunjukkan apa yang telah kita lakukan untuk menghapus kekerasan bagi kaum perempuan,” kata Astudillo seperti dikutip teleSUR.
RCVM merupakan organisasi feminis non-profit yang acap menggelar dan mengkoordinasikan tema-tema anti-kekerasan di Cile. Organisasi ini mencatat sepanjang 2018, sekitar 46 orang lelaki bertanggung jawab terhadap kasus-kasus pembunuhan terhadap perempuan. Dari kasus-kasus itu, jumlah korbannya mencapai 47 wanita.
Sementara, untuk 2017, organisasi ini mencatat terjadi 67 kejahatan kebencian berbasis jenis kelamin. Dengan demikian, sejak 2010, sekitar 494 wanita telah menjadi korban dari pembunuhan yang berkaitan dengan identitas gendernya.
Sementara untuk semester pertama 2018, jumlah kekerasan dalam rumah tangga mencapai sekitar 23 ribu laporan dan 683 laporan pemerkosaan. Dari berbagai kasus ini, pelaku acap lolos dari jeratan hukum atau kebal hukum karena negara tidak serius menangani kasus kekerasan yang korbannya adalah perempuan.
Karena itu, pada Kamis pekan ini para demonstran membawa spanduk-spanduk yang bertuliskan seperti “No More Feminicide” dan “All Women Against alls ofs Violence.” Peringatan terhadap Hari Internasional untuk Penghapusan Kekerasan Terhadap Perempuan bermula dari kisah pengorbanan 3 bersaudara: Minerva, Maria dan Patria, yang dibunuh oleh rezim diktator Dominika pada 25 November 1960.
Untuk menghormati pengorbanan 3 bersaudara itu, gerakan feminis di Amerika Latin dan Karibia mulai menggelar pertemuan 2 tahunan membahas gerakan perempuan di kawasan itu pada 1981. Dari pertemuan-pertemuan tersebut, kelompok feminis itu menyetujui untuk menjadikan 25 November sebagai hari aksi massa menentang kekerasan terhadap perempuan.
Ketika PBB di bawah kepemimpinan Kofi Annan, pada 17 Desember 1999, menetapkan 25 November sebagai Hari Internasional untuk Penghapusan Kekerasan Terhadap Perempuan. [KRG]