Dalam membentuk karakter bangsa yang tangguh, peran pendidikan nonformal sering kali menjadi kekuatan pendamping yang tak kalah penting dibanding pendidikan formal. Salah satu wadah pembinaan karakter yang telah terbukti melahirkan generasi muda yang disiplin, bertanggung jawab, dan cinta tanah air adalah Gerakan Pramuka.
Sejak berdiri, Pramuka bukan sekadar aktivitas baris-berbaris atau berkemah, tetapi sebuah gerakan yang mengakar kuat pada nilai-nilai moral dan semangat berkarya. Namun, di balik kemegahan gerakan ini di Indonesia, ada satu tokoh sentral yang jasanya tak lekang oleh waktu, Sri Sultan Hamengku Buwono IX. Sosoknya tak hanya dikenal sebagai pemimpin yang bijak, tetapi juga menjadi simbol semangat dan pengabdian melalui gelar Bapak Pramuka Indonesia.
Seperti yang diketahui, gerakan Pramuka merupakan organisasi pendidikan nonformal yang bergerak dalam bidang kepanduan, berperan aktif dalam membentuk karakter, kedisiplinan, serta semangat kebangsaan generasi muda Indonesia. Dalam jenjang sekolah biasanya Pramuka dijadikan sebagai ekstrakurikuler. Mengutip laman Pramuka Buleleng, kata Pramuka sendiri merupakan singkatan dari Praja Muda Karana, yang berarti “Orang Muda yang Suka Berkarya”. Organisasi ini terbuka bagi anak-anak dan pemuda dengan jenjang usia yang berbeda, yaitu Pramuka Siaga (7–10 tahun), Penggalang (11–15 tahun), Penegak (16–20 tahun), dan Pandega (21–25 tahun).
Di balik berdirinya Gerakan Pramuka di Indonesia, terdapat tokoh besar yang menjadi panutan dan inspirasi bagi seluruh anggota Pramuka Tanah Air, yakni Sri Sultan Hamengku Buwono IX. Beliau secara resmi dikukuhkan sebagai Bapak Pramuka Indonesia, dan hari kelahirannya, 12 April, kini diperingati sebagai Hari Bapak Pramuka Indonesia.
Konsep kepanduan awalnya diperkenalkan oleh Lord Baden Powell di Inggris pada tahun 1907, sebagai solusi pembinaan moral dan kedisiplinan bagi kaum muda yang terlibat dalam kekerasan dan kejahatan. Ia melakukan eksperimen dengan membawa 21 orang pemuda berkemah di Pulau Brownsea selama 8 hari, yang kemudian menjadi tonggak awal lahirnya gerakan kepanduan dunia. Atas jasanya, Baden Powell dikenal sebagai Bapak Pandu Dunia.
Perkembangan Pramuka di Indonesia
Gerakan Pramuka resmi diperkenalkan di Indonesia pada tanggal 14 Agustus 1961, saat Presiden Republik Indonesia menganugerahkan Panji Gerakan Pramuka melalui Keputusan Presiden Nomor 448 Tahun 1961. Sejak saat itu, gerakan ini menjadi bagian penting dalam pendidikan karakter bangsa.
Sri Sultan Hamengku Buwono IX diangkat sebagai Ketua Kwartir Nasional (Ka Kwarnas) pertama Gerakan Pramuka, dan menjabat selama empat periode berturut-turut (1961–1974). Kepemimpinannya yang visioner dan penuh dedikasi menjadikan beliau sebagai sosok sentral dalam perkembangan Pramuka di Indonesia.
Dedikasi Sri Sultan terhadap gerakan kepanduan mendapatkan pengakuan luas, baik dari dalam maupun luar negeri. Pada Musyawarah Nasional Pramuka tahun 1988 di Dili, beliau secara resmi dikukuhkan sebagai Bapak Pramuka Indonesia. Selain itu, beliau juga meraih penghargaan internasional, di antaranya:
Bronze Wolf Award (1973) dari World Organization of the Scout Movement (WOSM), penghargaan tertinggi dan satu-satunya dari WOSM, yang hanya diberikan kepada individu dengan jasa luar biasa dalam dunia kepanduan. Di Indonesia, hanya empat orang yang pernah menerima penghargaan ini.
Silver World Award (1972) dari Boy Scouts of America, sebagai bentuk penghargaan atas kontribusinya yang besar dalam gerakan kepanduan internasional.
Di dalam negeri, beliau juga dikenal dengan julukan Pandu Agung, karena kepribadiannya yang bijaksana, membimbing, dan menjadi teladan sejati bagi seluruh anggota Pramuka.
Sri Sultan Hamengku Buwono IX wafat di Washington, DC, Amerika Serikat, pada tanggal 2 Oktober 1988 dalam usia 76 tahun. Jenazah beliau dimakamkan di Imogiri, Bantul, Yogyakarta, bersama para leluhur Kesultanan Mataram.
Hingga kini, semangat dan dedikasi beliau dalam membina generasi muda melalui Gerakan Pramuka tetap hidup. Setiap tanggal 12 April, bangsa Indonesia memperingati kelahirannya sebagai momen penghargaan terhadap perjuangan dan pengabdian Bapak Pramuka Indonesia.
Melalui nilai-nilai yang diajarkan Pramuka adalah kejujuran, keberanian, kedisiplinan, dan cinta tanah air, generasi muda diharapkan terus melangkah maju, menjunjung tinggi semangat berkarya, seperti yang telah dicontohkan oleh Sri Sultan Hamengku Buwono IX, sang Pandu Agung Indonesia. [UN]