Koran Sulindo – Pada tanggal 4 November 1922, sebuah tim yang dipimpin oleh Egiptologi Inggris Howard Carter mulai menggali makam Tutankhamun di Lembah Para Raja, Mesir. Tutankhamun adalah seorang firaun Mesir yang memerintah dari tahun 1333 SM, ketika dia baru berusia sembilan tahun, hingga kematiannya pada tahun 1323 SM.
Jenazah Tutankhamun dimumikan dan dikubur di sebuah makam yang penuh dengan karya seni, perhiasan, dan harta karun. Sebagian besar makam tersebut tersembunyi selama lebih dari 3.000 tahun di balik pasir.
Melansir dari Britannica, Tutankhamun sebelumnya diyakini meninggal karena patah kaki yang terinfeksi. Namun, pada tahun 2010, para ilmuwan menemukan jejak parasit malaria pada jasad Tutankhamun. Dengan demikian malaria, dikombinasikan dengan penyakit tulang degeneratif, mungkin menjadi penyebab kematiannya.
Pencarian dan Penggalian
Selama bertahun-tahun, para arkeolog lain yang melakukan ekskavasi di Lembah Para Raja telah menemukan benda-benda kecil yang memiliki nama Tutankhamun, seperti cangkir, kendi, dan sepotong kain linen, tetapi makam atau muminya belum ditemukan.
Pencarian dan penggalian makam Tutankhamun dimulai pada tahun 1917. Howard Carter dan Lord Carnarvon, bangsawan Inggris yang memberi dukungan finansial, pergi ke Luxor, Mesir dan mulai menggali pasir dengan hati-hati hingga ke dasar batuan.
Beberapa tahun berlalu tanpa ada penemuan. Carter meminta beberapa bulan lagi. Tiga hari kemudian, tepatnya pada 4 November 1922, tim menemukan anak tangga yang terkubur di pasir. Saat mereka menyingkirkan pasir dan puing-puing, mereka menemukan lebih banyak anak tangga yang mengarah ke bawah.
Akhirnya, mereka menemukan ruang depan, perbendaharaan, dan pintu masuk plester yang diberi cap nama Tutankhamun. Plester itu menunjukkan tanda-tanda rusak dan telah disegel kembali.
Pada tanggal 26 November 1922, Carter menggunakan pahat untuk membuat lubang kecil di sudut kiri atas pintu. Menggunakan lilin sebagai penerangan, dia mengintip melalui celah kecil itu dan melihat sebuah ruangan penuh dengan barang yang terbuat dari emas.
Penuhnya ruangan ini didasarkan pada kepercayaan bangsa Mesir kuno bahwa mereka perlu mengisi makam dengan semua barang yang mungkin dibutuhkan raja di akhirat. Dan karena mereka percaya bahwa akhirat akan sangat mirip dengan kehidupan normal, mereka mengemas barang-barang sehari-hari seperti pakaian, makanan, tempat tidur, kereta perang, sandaran kepala, dan permainan.
Firaun juga dipercaya akan membutuhkan semua barang seremonialnya seperti singgasana, patung, dan perhiasan. Para pekerja di masa lalu juga menambahkan beberapa barang “magis” seperti shabtis, yaitu patung manusia kecil yang diyakini akan melayani raja di akhirat.
Carter dan timnya menghabiskan lebih dari dua bulan untuk mengeluarkan dan membuat katalog lebih dari 600 barang di ruangan pertama. Ruangan itu agak kacau karena setidaknya dua kali, penjarah kuno membobol makam dan mengacak-acak harta karun Tutankhamun untuk mencari perhiasan dan barang-barang lain yang bisa mereka jual.
Barulah pada tanggal 16 Februari 1923, Carter berhasil membuka ruang pemakaman. Ruangan itu berisi kuil emas besar. Dan di antara lebih dari 2000 barang yang ada di sana, terdapat sebuah sarkofagus batu, tiga peti mati emas, patung Anubis, dan mumi Tutankhamun dalam keadaan utuh.
Di ruangan itu juga terdapat kotak kecil berisi organ-organ Tutankhamun yang telah dikeluarkan selama proses mumifikasi. Kotak itu dijaga oleh patung Anubis, dewa mumifikasi dan orang mati.
Legenda Kutukan Makam Firaun
Penemuan makam Tutankhamun menjadi semakin terkenal setelah Lord Carnarvon, bangsawan Inggris yang memberi dukungan finansial selama pencarian dan penggalian makam Tutankhamun, meninggal di Kairo pada tanggal 5 April 1923 karena keracunan darah.
Kematian-kematian lain terjadi tidak lama setelah penggalian makam Tutankhamun. Saudara tiri Lord Carnarvon juga meninggal karena keracunan darah, Sir Archibald Douglas-Reid meninggal karena penyakit misterius, George Jay Gould meninggal karena demam setelah kunjungannya ke Mesir, dan banyak lainnya.
Dan ketika Sir Bruce Ingram menerima hadiah dari Carter, rumahnya terbakar, dibangun kembali, dan kemudian kebanjiran. Benda yang dihadiahkan kepadanya adalah sebuah tangan mumi yang dipakaikan gelang scarab bertuliskan, “Terkutuklah orang yang memindahkan jenazahku. Api, air, dan penyakit sampar akan menimpanya.”
Banyak orang percaya itu adalah hukuman karena membuka makam Mesir kuno yang tersegel. Akan tetapi sebuah jurnal ilmiah terbaru berjudul “The Pharaoh’s Curse: New Evidence of Unusual Deaths Associated With Ancient Egyptian Tombs” yang ditulis oleh Ross Fellowes menyebut bahwa kemungkinan penyebab kematian tersebut adalah paparan radiasi dari uranium dan limbah beracun.
Fellowes lebih lanjut mengatakan bahwa kemungkinan besar makam Tutankhamun terkontaminasi radiasi yang sangat tinggi, seperti yang ditemukan di dua lokasi di Giza dan di beberapa makam bawah tanah di Saqqara. Paparan radiasi ini akan menimbulkan penyakit radiasi dan kanker hematopoietik. [BP]