Josef Mengele, yang sering disebut sebagai “Malaikat Maut”, adalah seorang dokter di kamp konsentrasi Auschwitz selama Perang Dunia 2.
Dia terkenal karena menentukan siapa yang akan dikirim ke kamp kerja paksa dan siapa yang akan langsung dieksekusi di kamar gas.
Mengele juga melakukan berbagai eksperimen medis yang tidak manusiawi, meninggalkan warisan kekejaman yang menjadikannya salah satu penjahat perang paling terkenal dalam sejarah.
Berikut ini adalah 10 fakta tentang Josef Mengele, mengutip dari History Hit.
1. Karya Awal Mengele Berfokus pada Bibir Sumbing
Setelah meraih gelar kedokteran, Mengele menempuh pendidikan sebagai antropolog fisik, dan pada tahun 1933 bekerja di München di bawah bimbingan antropolog Theodor Mollison.
Setelah meraih gelar doktor di bidang antropologi, Mengele bergabung dengan Institut Frankfurt untuk Biologi Hereditas dan Kebersihan Ras pada tahun 1937—sebuah lembaga penelitian yang erat kaitannya dengan ideologi Nazi.
Di sana, dia bekerja untuk Otmar Freiherr von Verschuer, seorang ahli genetika Jerman yang tertarik meneliti anak kembar.
Seperti mentornya, Mengele sangat rasis dan merupakan anggota Partai Nazi yang setia. Mengele berfokus pada faktor heritabilitas dan genetik yang menyebabkan bibir sumbing.
Keingintahuan tentang perbaikan anomali genetik ini memperkuat undang-undang Nazi yang mewajibkan sterilisasi orang Jerman dengan kelainan genetik, dan Mengele segera dianggap sebagai konsultan ahli tentang jenis-jenis ras.
2. Dia Menerima Iron Cross Dua Kali
Ketika perang pecah, Mengele adalah seorang perwira medis di Waffen SS. Pada Juni 1941, dia ditugaskan ke Ukraina dan dianugerahi medali Iron Cross Kelas 2.
Dia kemudian bergabung dengan Divisi Panzer SS ke-5 Wiking sebagai perwira medis batalion.
Setelah menyelamatkan dua tentara Jerman dari tank yang terbakar, dia menerima Iron Cross Kelas 1, Lencana Terluka (Wound Badge in Black), dan Medali untuk Kepedulian Rakyat Jerman.
Terluka parah dalam pertempuran, pada tahun 1942 Mengele dinyatakan tidak layak untuk dinas aktif lebih lanjut.
Dia melanjutkan hubungannya dengan von Verschauer, yang mendorongnya untuk dipindahkan ke dinas kamp konsentrasi. Pada Mei 1943, Himmler mengirim Mengele ke Auschwitz.
3. Mengele Bukan Kepala Petugas Medis Auschwitz
Mengele bekerja di bawah yurisdiksi kapten SS, Dr. Eduard Wirths—pangkatnya yang sebenarnya adalah kepala dokter kamp keluarga Romani di Birkenau (Auschwitz II), sebuah sub-kamp yang terletak di kompleks utama Auschwitz.
Baru setelah tahun 1944, ketika sisa populasi kamp Roma dikirim ke kamar gas, Mengele dipromosikan menjadi dokter pertama di seluruh sub-kamp Birkenau.
4. Dia Melakukan Eksperimen Medis pada Tahanan
Bersemangat untuk memajukan karier medisnya dengan menerbitkan karya-karya yang ‘mendobrak’, Mengele mulai bereksperimen pada tahanan hidup, termasuk mengekspos sekitar 3.000 anak di Auschwitz-Birkenau terhadap penyakit, cacat, dan penyiksaan dengan kedok ‘penelitian’ medis.
Mengele terkadang melakukan permainan psikologis bersama para tahanan dengan ‘mempekerjakan’ mereka untuk membantunya, menyuntikkan ribuan tahanan dengan berbagai zat (termasuk bensin, tinta di mata, dan kloroform di jantung) untuk mempelajari efeknya, menghancurkan tuba falopi perempuan dengan asam, dan bereksperimen pada orang-orang dengan bibir sumbing.
Mengele bahkan mendirikan lembaga penelitiannya sendiri di Auschwitz, yang berafiliasi dengan Institut Kaiser Wilhelm.
Hibah juga diberikan oleh Yayasan Penelitian Jerman, atas permintaan von Verschuer, yang menerima laporan dan pengiriman spesimen secara berkala dari Mengele.
5. Dia Terobsesi dengan Anak Kembar dan Kelainan Fisik
Mengele ingin melanjutkan eksperimen kembar yang telah dia mulai bersama von Verschuer.
Dengan mengabaikan etika medis dan protokol penelitian, dia mulai melakukan eksperimen mengerikan terhadap hingga 1.500 pasang kembar, banyak di antaranya anak-anak.
Pada saat itu, kembar identik secara luas dianggap sebagai petunjuk untuk memahami genetika.
Mengele menggunakan satu anak kembar sebagai kontrol dan menjadikan yang kembar lainnya sebagai subjek transfusi darah, inseminasi paksa, suntikan penyakit, amputasi, dan pembunuhan.
Mereka yang tewas dibedah dan diteliti; saudara kembar mereka yang masih hidup dibunuh dan menjalani pemeriksaan yang sama.
Hanya 200 dari 3.000 kembar yang menjadi subjek eksperimen medis di Auschwitz yang selamat.
Mengele mendasarkan banyak eksperimen pada subjek dengan kelainan fisik. Dia terpesona oleh heterokromia (di mana iris mata seseorang memiliki warna yang berbeda).
Mengele mencoba mengubah warna mata orang-orang dengan kondisi tersebut di kamp dengan menyuntikkan bahan kimia ke iris mata mereka.
Ketika upaya itu gagal, dia mengambil bola mata tersebut dan mengirimkannya kepada ahli pigmentasi mata, Karin Magnussen.
Mengele juga terpesona oleh orang-orang bertubuh kerdil, khususnya keluarga Transilvania bernama Ovitz—yang tujuh dari sepuluh anaknya bertubuh kerdil.
Setelah diizinkan menyimpan pakaian dan rambut mereka, mereka ditempatkan di bawah pengawasan psikologis yang ketat, darah mereka disedot, dan gigi mereka dicabut.
Ajaibnya, seluruh keluarga Ovitz selamat.
6. Dia Memiliki Ketenangan yang Menyeramkan
Tidak seperti kebanyakan dokter SS lainnya yang menganggap seleksi sebagai salah satu tugas mereka yang paling tidak menyenangkan, Mengele menjalankan tugas ini dengan mudah.
Mengele sering mendengarkan musik Schumann dan Schubert, dan banyak penyintas Birkenau menceritakan bagaimana dia bersiul lagu-lagu klasik terkenal sambil berdiri di peron kereta, memutuskan siapa yang akan dikirim ke kamar gas hanya dengan jentikan sarung tangannya.
Dari mereka yang terpilih untuk hidup, dia melakukan eksperimen medis yang kejam dan bermotif rasial.
Mengele sering ‘bersikap baik’ kepada anak-anak Auschwitz, memberi mereka permen, mendirikan taman kanak-kanak, dan memainkan biola untuk menidurkan mereka dalam rasa aman yang menipu—sebelum mengirim mereka ke laboratorium medisnya.
7. Mengele Menjadi Anggota Nazi yang Paling Dicari
Mengele kemudian dipindahkan ke kamp Gross-Rosen. Setelah perang berakhir, dia melarikan diri dengan menyamar sebagai perwira Wehrmacht.
Pada bulan Juni 1945, Mengele ditangkap dan ditahan di AS.
Karena tidak ada tato golongan darah SS (Blutgruppentätowierung) di lengannya, dan karena kekacauan di akhir perang, para pejabat AS tidak menyadari bahwa Mengele ada dalam daftar penjahat perang utama dan membebaskannya.
Dia memperoleh dokumen palsu dan bekerja sebagai buruh tani di Bavaria sebelum melarikan diri ke Amerika Selatan pada tahun 1949.
8. Identitas Palsu
Mengele menikah lagi dengan namanya sendiri di Uruguay pada tahun 1958, dan menjadi warga negara Paraguay pada tahun 1959, dengan nama ‘José Mengele’.
Pada tahun 1961, dia menetap di Brasil, dilindungi oleh jaringan ekspatriat Jerman dan Austria, termasuk mantan anggota partai Nazi, Wolfgang Gerhard.
Pada tahun 1970-an, Gerhard menawarkan kartu identitasnya kepada Mengele, yang kemudian digunakan Mengele sebagai identitas palsunya.
Dia berbagi usaha kopi dan ternak di Brasil dengan pasangan Hungaria yang merahasiakannya dan menyediakan tempat tinggal baginya.
Rumor bahwa putra Mengele, Rolf, mengetahui keberadaan ayahnya terbukti benar ketika dalam sebuah wawancara pada tahun 1985, Rolf mengungkapkan bahwa dia telah menghubungi ayahnya (yang awalnya dia kenal sebagai ‘Paman Fritz’).
9. Dia Tak Pernah Merasa Bersalah Atas Kejahatannya
Rolf diam-diam mengunjungi ayahnya di Sao Paulo pada tahun 1977, di mana Mengele mengatakan kepadanya bahwa dia “secara pribadi tidak pernah menyakiti siapa pun seumur hidupnya”, dan menyatakan bahwa dia tidak menciptakan Auschwitz—ini menyoroti betapa parahnya delusi yang dia miliki tentang kejahatan sadisnya.
Sepanjang tahun-tahun pascaperang, Mengele tidak menunjukkan rasa penyesalan sama sekali, tetap tidak menyadari atau merasionalisasi besarnya kejahatan yang dilakukannya, membenarkan tindakannya sebagai bentuk pelaksanaan tugas dan perintah karena orang-orang Yahudi sudah ‘mati saat tiba’.
10. Dia Meninggal karena Stroke Saat Berenang di Brasil
Mengele meninggal pada 7 Februari 1979 saat berenang di Samudra Atlantik.
Teman-temannya menguburkannya dengan nama samaran. Kemudian, atas desakan polisi Jerman Barat dan Brasil, mereka mengungkapkan lokasi makamnya.
Pada tahun 1985, tim ahli forensik multinasional pergi ke Brasil, dan melalui catatan gigi, mereka memastikan bahwa Mengele memang telah mengambil identitas Gerhard dan telah meninggal. [BP]




