Pertempuran Britania adalah salah satu pertempuran yang paling menentukan dalam sejarah.
Kebanyakan orang mungkin mengingatnya karena keberanian pilot RAF dan teror serangan bom Jerman.
Namun ada kisah-kisah yang kurang diketahui dan detail mengejutkan mengenai pertempuran yang dimenangkan oleh Inggris itu.
Berikut ini adalah 10 fakta mengejutkan tentang Pertempuran Britania, dikutip dari History.
1. Pertempuran Ini Mendapatkan Namanya Sebelum Dimulai
Panggung untuk pertempuran ini telah ditetapkan pada Mei 1940, ketika Nazi Jerman melancarkan serangan kilat besar-besaran terhadap Eropa Barat.
Pasukan Hitler menyerbu Belgia, Belanda, dan Prancis hanya dalam hitungan minggu, menjadikan Inggris sebagai satu-satunya kekuatan Sekutu yang masih bertahan.
Dalam pidatonya pada 18 Juni, Perdana Menteri Winston Churchill meramalkan pertarungan sengit dengan Jerman ketika dia berkata, “Pertempuran Prancis telah berakhir. Saya perkirakan Pertempuran Britania akan segera dimulai.”
2. Hitler Berusaha Meyakinkan Inggris untuk Menyerah Tanpa Perlawanan
Meskipun baru saja menaklukkan Prancis dengan cepat, Hitler waspada untuk menyerang Inggris.
Selat Inggris melindungi negara kepulauan itu dan Angkatan Laut Kerajaannya lebih unggul daripada Kriegsmarine Jerman.
Hitler justru berharap Inggris akan mengakui “situasi militernya yang tanpa harapan” dan menuntut perdamaian.
Sekelompok kecil politisi Inggris juga mendukung kompromi, tetapi Winston Churchill menepis pembicaraan tentang penyerahan diri dan mengumumkan bahwa Inggris bertekad untuk terus berjuang.
Dia menggalang dukungan publik dengan menggambarkan pertempuran yang akan datang sebagai perjuangan untuk kelangsungan hidup nasional, dan ketika Nazi menawarkan prospek perjanjian damai pada awal Juli 1940, dia menolaknya mentah-mentah.
Baru pada saat itulah Hitler dengan berat hati menyetujui rencana Operasi Sea Lion, sebuah invasi amfibi yang semula dijadwalkan pada pertengahan Agustus.
3. Pertempuran Pertama dalam Sejarah yang Hampir Seluruhnya Terjadi di Udara
Rencana Hitler untuk menginvasi daratan Inggris bergantung pada Jerman yang lebih dulu menghancurkan Angkatan Udara Kerajaan dan memenangkan superioritas udara atas Inggris.
Dengan pemikiran ini, pertempuran untuk Inggris berubah menjadi kontes udara antara pesawat pengebom Luftwaffe dan Messerschmitt Bf109 melawan Hawker Hurricane dan Supermarine Spitfire milik Komando Tempur Inggris.
Komandan Luftwaffe, Hermann Goering, awalnya yakin dia akan dengan mudah menyapu bersih RAF hanya dalam beberapa hari, tetapi pertempuran udara tersebut berlangsung selama tiga setengah bulan.
Pada saat pertempuran berakhir pada akhir Oktober, Jerman telah kehilangan lebih dari 1.700 pesawat—hampir dua kali lipat jumlah Inggris.
4. Pertempuran Itu Mencakup Salah Satu Penggunaan Radar Paling Awal dalam Pertempuran
Meskipun Luftwaffe unggul dalam jumlah pesawat pada tahap awal pertempuran, RAF memiliki senjata rahasia berupa Radio Direction Finding, yang lebih dikenal sebagai radar.
Tak lama setelah teknologi ini dikembangkan pada tahun 1930-an, Inggris membangun cincin stasiun radar di sepanjang garis pantai mereka.
Stasiun-stasiun “Chain Home” ini masih primitif—diperlukan Korps Pengamat sipil untuk mendeteksi pesawat yang terbang rendah—namun tetap menjadi bagian penting dari strategi Inggris.
Dengan mengirimkan gelombang radio kepada pesawat penyerang Luftwaffe yang mendekat, RAF dapat menentukan lokasi mereka dan mengerahkan pesawat tempur untuk mencegat mereka, sehingga menghilangkan unsur kejutan bagi Jerman.
Para pemimpin Nazi tidak pernah menghargai pentingnya radar Inggris, dan kegagalan mereka untuk merendahkannya memungkinkan RAF untuk secara konsisten tetap selangkah lebih maju dari Luftwaffe.
5. Skuadron Angkatan Udara Kerajaan Inggris Mencakup Banyak Pilot Pesawat Tempur Asing
Dari lebih dari 2.900 pilot RAF yang bertugas dalam Pertempuran Britania, hanya sekitar 2.350 yang berkebangsaan Inggris.
Sisanya adalah penduduk asli wilayah Persemakmuran seperti Kanada, Australia, Selandia Baru, dan Afrika Selatan, serta ekspatriat dari Polandia, Cekoslowakia, Belgia, dan negara-negara lain yang berada di bawah pendudukan Nazi.
Bahkan ada beberapa pilot Amerika, terutama Billy Fiske, seorang olahragawan berusia 29 tahun yang sebelumnya memenangkan medali emas untuk bobsledding di Olimpiade Musim Dingin.
Kontingen internasional terbukti sangat mematikan di kokpit.
Skuadron pesawat tempur Polandia No. 303 menembak jatuh 126 pesawat Jerman selama pertempuran tersebut—lebih banyak daripada unit Sekutu mana pun—dan jagoan RAF dengan skor tertinggi adalah Josef Frantisek, seorang penerbang Ceko yang sendirian meraih 17 kemenangan udara.
6. Kelelahan Pilot dan Kekurangan Personel Menghantui Kedua Belah Pihak
Bagi para prajurit di kedua sisi Pertempuran Britania, kelelahan tempur merupakan musuh yang tak kunjung hilang, sama seperti pesawat Spitfire dan Messerschmitt musuh.
Moral Jerman merosot ke titik terendah yang berbahaya seiring berlanjutnya pertempuran, dan para penerbang Inggris terpuruk akibat shift kerja 15 jam yang melelahkan dan serangan bom Luftwaffe yang terus-menerus di lapangan terbang mereka.
Para pilot seringkali menerbangkan beberapa misi sehari hanya dengan beberapa jam tidur, dan banyak yang mengonsumsi pil amfetamin hanya agar tetap terjaga.
Dalam upaya untuk memperkuat kekuatan pesawat tempurnya yang telah habis, RAF akhirnya memangkas waktu pelatihan bagi pilot baru dari enam bulan menjadi hanya dua minggu.
Beberapa rekrutan bahkan berakhir di garis depan dengan pengalaman terbang pesawat tempur modern yang hanya sembilan jam.
7. Seorang Pilot Inggris Terkenal Menabrakkan Pesawat Pengebom Jerman untuk Mencegah Kehancuran Istana Buckingham.
Dalam salah satu periode pertempuran paling menegangkan di London, Sersan RAF Ray Holmes melihat sebuah pesawat pengebom Dornier Jerman menuju ke arah Istana Buckingham.
Holmes telah menghabiskan semua amunisinya dalam pertempuran udara sebelumnya, tetapi alih-alih mundur, dia mengarahkan Hawker Hurricane-nya langsung ke pesawat musuh dan menabraknya dengan sayapnya.
Tumbukan itu mengiris ekor Dornier hingga putus dan membuatnya jatuh ke Stasiun Victoria di dekatnya.
Pesawat Hurricane milik Holmes juga hancur, tetapi dia berhasil melompat keluar dan mendarat dengan tergantung di atap sebuah kompleks apartemen.
Insiden mengejutkan itu sebagian terekam dalam film, dan Holmes dipuji sebagai pahlawan nasional karena telah menyelamatkan kediaman kerajaan dari potensi bencana.
8. Spitfire Bukanlah Pesawat Utama Britania Raya
Berkat garis-garisnya yang ramping dan kecepatannya yang luar biasa, Supermarine Spitfire telah dikenal luas sebagai pesawat yang menyelamatkan Britania Raya selama Pertempuran Britania.
Namun, Spitfire hanya mencakup sepertiga dari total pesawat tempur Britania Raya selama kampanye tersebut.
Sebagian besar pasukan RAF terdiri dari Hawker Hurricane yang kurang mewah, pesawat tempur tua berbahan kayu dan kain yang lebih lambat daripada Spitfire tetapi dilaporkan lebih kokoh dan lebih tangguh dalam pertempuran.
Meskipun kedua pesawat membawa persenjataan yang sama, jumlah pesawat Hurricane yang lebih banyak menyebabkan pesawat ini bertanggung jawab atas sebagian besar kerugian Luftwaffe selama pertempuran.
9. Keputusan Hitler untuk Mengebom London Membalikkan Keadaan Pertempuran dan Menguntungkan Inggris
Kampanye pengeboman Luftwaffe di Inggris awalnya terbatas pada target militer dan industri, tetapi strateginya berubah pada September 1940, setelah RAF melancarkan serangan balasan terhadap Berlin.
Serangan itu membuat Hitler murka.
Mengabaikan kemajuan yang dicapai Luftwaffe dalam menyerang pangkalan udara RAF, dia menuntut mereka mengalihkan fokus untuk “menghapus” kota-kota Inggris dari peta.
Kampanye pengeboman yang sekarang dikenal sebagai Blitz dimulai pada 7 September dengan serangan ke London, dan puluhan serangan lainnya menyusul selama beberapa minggu berikutnya.
Meskipun pengeboman tersebut menimbulkan dampak yang serius bagi warga sipil Inggris, aksi itu juga untuk sementara meredakan tekanan pada RAF, memungkinkan mereka memperbaiki lapangan terbang yang lumpuh dan menyegarkan pilot-pilotnya.
Jeda waktu ini terbukti krusial.
Ketika Luftwaffe mencoba melancarkan serangan udara besar-besaran pada 15 September, RAF yang tangguh mencegat mereka dan menembak jatuh sekitar 60 pesawat.
Hitler terpaksa menunda Operasi Sea Lion hanya beberapa hari kemudian.
10. Serangan Bom Jerman Berlanjut Lama Setelah Pertempuran Berakhir
Pertempuran Britania berakhir pada akhir Oktober 1940, ketika Hitler meninggalkan upayanya untuk menguasai wilayah udara Britania dan mengalihkan perhatiannya untuk menyerang Uni Soviet.
Kampanye tersebut merupakan kekalahan besar pertama Jerman dalam Perang Dunia II, tetapi tidak menandai berakhirnya Blitz melawan Britania.
Luftwaffe terus melancarkan serangan bom malam hari di London, Coventry, dan kota-kota lain selama beberapa bulan berikutnya dalam upaya yang sia-sia untuk mematahkan semangat juang Inggris.
Saat kampanye akhirnya berakhir pada Mei 1941, sekitar 40.000 orang telah tewas. [BP]




