Survei: PDI Perjuangan akan Raih Suara Jauh Lebih Besar pada Pemilu 2019

Ilustrasi: Joko Widodo mengenakan baju PDI Perjuangan sewaktu berkampanye/AFP

Koran Sulindo – Survei Saiful Mujani Research & Consulting (SMRC) menyatakan kemungkinan besar PDI Perjuangan (PDIP) akan memperoleh suara jauh lebih besar pada Pemilu 2019. Sementara Joko Widodo akan terpilih lagi sebagai Presiden.

“Bila tidak ada peristiwa besar dalam 1,5 tahun ke depan, misalnya skandal korupsi, krisis ekonomi dan skandal moral,” kata Direktur Utama SMRC, Djayadi Hanan, di kantor SMRC, Jakarta, Selasa (2/1/2018), seperti dikutip antaranews.com.

Dalam survei terbaru ini, PDIP adalah satu-satunya partai politik yang menunjukkan peningkatan dukungan suara signifikan. PDIP memperoleh suara 18,95 persen saat itu dan jelang pemilihan legislatif 2019 kecenderungannya meningkat.

Dalam survei top of mind partai yang dipilih masyarakat, responden paling banyak memberikan pilihannya terhadap ketiga parpol yang kini masih tercatat sebagai penguasa kursi parlemen terbanyak.

PDIP mendapatkan nilai sebesar 21,4 persen, disusul Golkar 9,4 persen, Gerindra 6,8 persen. Kemudian Demokrat 5,4 persen dan PKB 4,0 persen. Sedangkan PKS mendapat 2,7 persen, PPP 2,0 persen, Nasdem 1,6 persen, Perindo 1,4 persen, PAN 1,4 persen, Hanura 0,4 persen, PKPI 0,1 persen, PBB 0,1 persen.

Dalam skema pertanyaan semi terbuka, PDIP kembali menempati posisi teratas dengan perolehan nilai sebesar 27,6 persen, Golkar 12,1 persen, Gerindra 8,9 persen, Demokrat 7,7 persen, dan PKB 6,3 persen‎. Sedangkan PKS 3,8 persen, PPP 3,3 persen, Nasdem 2,9 persen, Perindo 2,6 persen, PAN 2,0 persen, partai yang dipimpin Jokowi 1,2 persen, Hanura 1,1 persen, PBB 0,3 persen, PSI 0,1 persen, PKPI 0,1 persen dan Partai Idaman 0,1 persen.

“Survei SMRC pada Desember 2017, dukungan terhadap PDIP telah mencapai 27,6 persen,” katanya.

Sementara 4 partai politik besar lainya turun atau cenderung stabil. Golkar pada Pileg 2014 memperoleh 14,75 persen turun menjadi 12,1 persen pada survei Desember ini. Gerindra yang memperoleh 11,81 persen pada Pileg 2014 turun menjadi 8,9 persen. Demokrat. Pada Pileg 2014 mendapat 10,19 persen dan saat ini turun menjadi 7,7 persen. PKB yang memperoleh 7,7 persen pada Pileg 2014 turun menjadi 6,3 persen.

“Kecenderungan itu menunjukkan banyak pemilih yang berpindah ke partai politik lain dibanding Pileg 2014 dan menjadi swing voter,” katanya.

Dari hasil survei swing voter terbesar terjadi pada partai Demokrat sebesar 51 persen. Diikuti diikuti PAN dengan  swing voter 50 persen. PPP dan Hanura masing masing 47 persen. Gerindra 45 persen. Golkar 38 persen. PDIP 23 persen dan PKS 20 persen.

PDIP dengan salah satu dengan jumlah pendukung loyal terbesar semakin menguat, karena warga mengidentifikasi sebagai partai pendukung Jokowi.

“Ada sekitar 20 persen warga yang menyatakan akan memilih PDIP karena PDIP adalah partai utama pendukung Jokowi,” katanya.

Survei ini dilakukan pada 7-13 Desember 2017, melibatkan 1.220 responden di 34 provinsi, dengan sistem multistage random dan margin of eror 3,1 persen.

Jokowi Stagnan

Sementara itu kinerja Presiden Joko Widodo berada di angka 74,3 persen merasa puas dan 23,8 persen tidak.

Sebanyak 74,3 persen reseponden yang puas, 65 persennya akan memilih Jokowi dalam Pilpres 2019, sedang 11 persennya akan memilih Prabowo, dan 14 persen tidak memilih dua nama itu.

Survei juga mencatat 75,3 persen responden yakin atas kemampuan kepemimpinan Jokowi. Sementara itu hanya 18 persen yang yakin dengan kemampuan kepemimpinan Prabowo.

Sementara untuk calon-calon presiden, Jokowi mendapat dukungan 38,9 persen, diikuti Prabowo 10,5 persen, lalu Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) 1,4 persen, Gatot Nurmantyo 0,8 persen, dan Anies Baswedan 0,5 persen.

“Dibanding September 2017, Jokowi stagnan pada 38,9 persen, sementara Prabowo turun dari 12,0 persen ke 10,5 persen,” kata Djayadi.

Jika pilihan dipersempit pada dua nama, Jokowi masih unggul 64 persen dibanding Prabowo, yang dipilih 27,1 persen oleh responden. Jokowi tetap unggul saat berlaga dengan Anies, yaitu 72,6 persen, sedangkan Anies mendapat 15 persen.

Survei juga memperlihatkan 66,9 persen responden setuju jika Jokowi dan Prabowo bersatu pada Pilpres 2019. Sedangkan ada 28,4 persen yang tidak setuju.

Suara Generasi Milenial

Suara generasi milenial dengan rentan umur 17-34 tahun dalam Pemilu 2019 sangat penting karena sebanyak 34,4 persen masyarakat Indonesia ada di rentang umur itu pada Pemilu 2019.

Saat ini elektabilitas Jokowi di generasi ini masih tertinggi di antara nama-nama lainnya.

“Lawan Pak Jokowi belum ada, kecuali yang lama, Pak Prabowo,” kata Djayadi.

Secara kalkulasi, survei dengan pertanyaan semi terbuka mencatat, 53,8 persen responden akan memilih Jokowi jika Pilpres diadakan pada Desember 2017. Sementara yang memilih Prabowo hanya 18,5 persen dan calon lainnya tidak lebih dari 3 persen.

Survei September 2017

Pada survei SMRC September 2017 lalu, seperti dikutip dari saifulmujani.com, dukungan pada Jokowi semakin menguat. Jika hanya ada dua nama calon presiden, Joko Widodo dan Prabowo Subianto, Jokowi akan meraih 57 persen suara jika pemilihannya dilakukan September 2017. Dukungan ini naik dari 53,7 persen pada Mei 2017. Sementara dukungan pada Prabowo cenderung turun dari 37,2 persen (Mei 2017) menjadi 31,8 persen (September 2017).

Dalam jawaban spontan, dukungan untuk Jokowi pada September 2017 ini sebesar 38,9%, dan Prabowo 12%. Nama-nama lain di bawah 2%. Dalam bentuk pertanyaan semi terbuka, dukungan kepada Jokowi sebesar 45,6%, disusul Prabowo 18,7%, SBY 3,9%. Nama-nama lain di bawah 2%.

Penguatan dukungan publik pada Jokowi paralel dengan tingkat kepuasan publik yang saat ini mencapai 68 persen atau menguat 1 persen dari survei sebelumnya.

Kalau dibandingkan dengan pengalaman SBY yang sama-sama petahana 2 tahun menjelang pilpres 2009, kepuasan pada Jokowi lebih tinggi. Kepuasan pada kinerja Presiden SBY pada September-Oktober 2006 sebesar 67% dan September 2007 turun menjadi 58%, sedangkan pada Presiden Jokowi pada 2016 sebesar 69%, dan September 2017 sebesar 68%.

Dilihat dari angka-angka ini, SMRC menyimpulkan modal politik Presiden Jokowi 2 tahun menjelang pilpres 2019 lebih baik dibanding yang dimiliki Presiden SBY 2 tahun menjelang pilpres 2009. [DAS]