Koran Sulindo – Kapolri Jenderal Pol Tito Karnavian memerintahkan pembentukan tim khusus memburu pelaku penyiraman air keras pada penyidik Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Novel Baswedan.
“Di-backup dari Mabes Polri untuk mengungkap para pelaku,” kata Kapolri, di Sekolah Staf Pimpinan (Sespim) Polri Lembang, Bandung Barat, Jawa Barat, Selasa (11/4), seperti dikutip tribratanews.com.
Selasa pagi, Novel Baswedan disiram menggunakan air keras ke arah wajahnya, seusai melakukan sholat subuh berjamaah di Masjid Al Iksan dekat kediamannya di Kelurahan Pegangsaan Dua, Kecamatan Kelapa Gading, Jakarta Utara. Pelaku berjumlah dua orang.
Novel saat ini masih dirawat di Rumah Sakit Mitra Keluarga Kelapa Gading.
“Beberapa saat setelah kejadian, saya mendapat telepon langsung, dan saya langsung perintahkan Kapolda dan Kapolres agar turun langsung ke TKP dan langsung memimpin olah TKP,” kata Tito.
Saat menjenguk Novel Baswedan di rumah sakit, Kapolri mengatakan akan mengusut tuntas kasus penyerangan terhadap Novel Baswedan. Kapolri juga berkoordinasi dengan Ketua KPK Agus Rahardjo membahas pengamanan serta memberikan saran untuk para personil KPK diberikan kawalan agar tidak terjadi teror.
Peristiwa penyerangan terhadap penyidik maupun pimpinan KPK memang bukan untuk kali pertama ini saja.
Tito meminta agar pengamanan juga dilakukan di rumah sakit dan kediaman Novel. Tito belum mau bicara mengenai proses penyelidikan yang dilakukan.
“Yang jelas, kita akan berusaha semaksimal mungkin,” kata Kapolri.
Sebelumnya, Pimpinan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) menyatakan segera melaporkan kasus penyiraman air keras yang dialami Novel Baswedan ke Mabes Polri. Pelaporan dilakukan untuk mencari pelaku penyerangan tersebut.
“Kami akan laporkan ke Mabes Polri,” kata Wakil Ketua KPK Laode M Syarif, Selasa (11/4), seperti dikutip ntmcpolri.info.
Latar Belakang Novel
Novel Baswedan yang menjadi penyidik Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) sejak 2007 itu merupakan cucu pendiri Republik ini, Abdurrahman Baswedan. Ia masih sepupu dengan calon gubernur DKI Jakarta Anis Baswedan.
Abdurrahman Baswedan, terkenal dengan nama AR Baswedan, adalah jurnalis, sastrawan, pejuang kemerdekaan Indonesia, dan diplomat pertama Indonesia yang turut berperan mendapatkan pengakuan de jure dan de facto pertama bagi eksistensi Republik Indonesia dari Mesir.
Novel Baswedan merupakan salah seorang penyidik terbaik di KPK dan Polri. Sikap beraninya dan tak pandang bulu menjadikan Novel menjadi penyidik yang berperan penting dalam mengungkap banyak kasus korupsi besar di Indonesia, antara lain kasus dugaan korupsi proyek simulator ujian SIM Korps Lalu Lintas (Korlantas) Polri; skandal korupsi yang melibatkan mantan Bendahara Partai Demokrat, M. Nazaruddin; kasus Wisma Atlet; dan kasus jual-beli perkara sengketa Pilkada di Mahkamah Konstitusi.
Pria kelahiran Semarang, Jawa Tengah 22 Juni 1977 ini adalah salah satu perwira lulusan Akademi Kepolisian (Akpol) 1998.
Setelah lulus ia bertugas di Polres Bengkulu pada 1999-2005. Hingga akhirnya pada tahun 2007 Novel ditarik ke Jakarta dan ditugaskan sebagai penyidik KPK dari unsur Polri. Sejak saat itu, ia menjadi salah satu dari 5 penyidik yang memilih bertahan di KPK saat Polri memutuskan menarik 15 penyidiknya yang diperbantukan di KPK.
Namun karena itu pada 2004 Novel tersandung kasus penembakan terhadap 6 pencuri sarang burung walet di Bengkulu. Kala itu Novel menjabat Kasatserse Polres Bengkulu. Salah seorang di antara 6 tersangka itu tewas. Namun, pada Februari 2016, Novel terbebas dari kasus pidana yang menjeratnya karena tidak cukup bukti. Kejaksaan Agung menerbitkan surat keputusan penghentian penuntutan (SKPP) atas dugaan menganiaya seorang pencuri sarang burung walet hingga tewas pada 2004.
Sejak kecil, bersama keluarga, Novel tinggal di Jl Raden Patah kampung Sumur Umbul. Saat remaja, Novel pernah bersekolah di SMAN 2 Semarang dimana saat itu dirinya terdaftar dalam buku induk sekolah dengan nomor induk 924756. Sementara data keluarga dan alamat pun sesuai dengan yang sudah ada, meski demikian dalam catatan sekolah nama penyidik KPK tersebut hanya ditulis Novel tanpa ada nama keluarga Baswedan.
Novel digadang-gadang memang telah memiliki kelebihan akademis semasa sekolah di SMAN 2 Semarang ada pada mata pelajaran Fisika.
Sosoknya dikenal kala itu merupakan anak yang sopan, halus, pendiam, kalem, sederhana, dan memiliki rata-rata nilai bagus dan dirinya pun pernah menjadi pembina Rohis. Ia sering mengikuti kegiatan Islami semisal baca tulis Alqur’an dan salat Jumat yang diadakan pihak sekolah. [DAS]