Presiden Joko Widodo, Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri, Wakil Presiden Jusuf Kalla, dan Mantan Presiden BJ Habibie memukul gabah di lesung, saat membuka Rakornas PDIP 16 Desember 2017/DPP PDIP

Koran Sulindo – Suasana hijau dan adem melingkupi Indonesia Convention Exhibition (ICE) Bumi Serpong Damai Tangerang. Kambing, jagung, lele bersisian dengan ribuan kader Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) yang berbusana merah. Suasana mirip juga terlihat dalam pengumuman pencalonan Gubernur dan Wakil Gubernur di Kantor DPP PDI Perjuangan Jalan Diponegoro Jakarta. Puluhan tanaman hias, beberapa dari jenis yang langka, nampak menghiasi lantai 4 yang menjadi tempat pengumuman para calon yang akan ikut dalam kontestasi Pilgub 2018.

Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri memerintahkan seluruh kader partainya menaruh perhatian pada isu kelestarian lingkungan melalui politik hijau.

“Pengumuman pasangan calon gubernur dan wakil gubernur pada hari ini saya buat berbeda. Temanya tentang ‘politik hijau’, politik lingkungan. Hal ini saya maksudkan agar sebagai Partai Politik kita menaruh perhatian khusus terhadap hal ini,” kata Megawati, sebelum mengumumkan bakal calon kepala daerah Provinsi Riau, Sulawesi Tenggara, Maluku dan NTT pada pilkada 2018, pekan lalu.

Riau adalah daerah kaya sumber daya alam, namun berbagai persoalan lingkungan seperti tak habis-habisnya. Di Sulawesi Tenggara, eksploitasi tambang yang berlebihan mencemari lingkungan dengan merkuri.

Megawati sedih masalah lingkungan sepertinya hanya menjadi persoalan Lembaga Swadaya Masyarakat semata.

“Berbicara lingkungan, menjaga hutan, dan keindahan alam raya Indonesia adalah tugas kita. Politik lingkungan adalah politik kekinian dan masa depan umat manusia,” katanya.

Konsep politik hijau ini sebenarnya telah dijalankan waktu ia menjabat Presiden RI ke-5 pada awal-awal masa reformasi dulu. Megawati misalnya menginisiasi Program Gerakan Penghijauan Nasional (GERHAN) di Gunung Kidul, Yogyakarta dan Wonogiri (Jawa Tengah), daerah yang terkenal tandus di pulau Jawa.

PDIP berubah dari partai nasionalis menjadi partai hijau seperti di Eropa Barat? Tentu tidak. Rakernas itu suasananya malah mirip dengan pameran usaha kecil dan menengah, bahkan beberapa stand seperti suasana pasar malam saking penuhnya.

PDI Berubah?

Konsep politik hijau dan keberpihakan pada usaha kecil wong cilik itu adalah upaya PDIP meningkatkan pendapatan asli daerah (PAD) dan kesejahteraan rakyat. PDIP bahkan menandatangani nota kesepahaman dengan 22 kabupaten/kota sela Rakornas itu.

“Terdapat 185 stand potensi ekonomi kerakyatan, mulai dari hasil pertanian, peternakan, perikanan, kerajinan, tekstil, maupun kuliner,” kata Sekjen PDIP, Hasto Kristiyanto, dalam penutupan “Rakornas Tiga Pilar”, di Serpong, pekan lalu.

Kambing Kejobong yang dikembangkan di Kabupaten Purbalingga, Jawa Tengah, yang dipamerkan Kelompok Tani Ngudidadi bukanlah kambing biasa. Kementerian Pertanian menetapkan adanya rumpun kambing Kejobong sebagai ras kekayaan sumber genetik ternak lokal. Kambing yang dominan berwarna hitam itu tidak terlalu menyengat baunya, dan dagingnya juga lebih empuk. Ia bisa beranak 3 kali dalam 2 tahun dan mampu beradaptasi dan resistensi tinggi terhadap penyakit.

Produk dalam negeri memang banyak yang menjadi primadona dalam acara yang berlangsung 2 hari itu.

Di stand lele, yang penuh kader yang merubung, hanya dengan modal sekitar Rp 6 juta orang sudah bisa berusaha dan dengan janji keuntungan mengiurkan. Budidaya lele dengan sistem bioflok hanya membutuhkan terpal, rangka bisa dari bambu ataupun besi, dan mesin airator yang memasok sirkulasi oksigen dalam kolam agar air selalu bersih.

Ada lagi susu kambing blasteran dari Bogor yang berasal dari kambing hasil perkawinan silang. Misal kambing anpera, hasil perkawinan silang antara anglo dan peranakan etawa (PE).  Lalu ada Sapera, perkawinan antara Etawa dengan Saanen.

Yang lain adalah ubi raksasa yang merupakan hasil tanam kelompok tani binaan DPC PDIP Pekanbaru, Riau. Bibit ubi tersebut diperoleh dengan persilangan ubi laret dan ubi raksasa, dan varietas baru yang diberi nama varietos superaus. Varietas baru ini memiliki sari pati tinggi. Singkong super besar yang berukuran sepuluh kali lipat dari singkong biasa dan cara menanam dan perawatannya pun berbeda dengan singkong pada umumnya.

Hasto mengingatkan para kepala daerah dari PDIP untuk membangun ekonomi di daerah masing-masing dan mengimplementasikan konsep politik hijau, utamanya pelestarian lingkungan, dalam rangka memperkuat perekonomian rakyat.

Tak Hanya Kekuasaan

Rakornas tersebut seolah menjawab kritik dan otokritik karena selama ini partai dianggap hanya berpikir tentang kekuasaan, politik, dan kepentingan sesaat.

Ketua Panitia Rakornas Mindo Sianipar pun berharap, rakornas ini dapat menjdi momentum membangkitkan ekonomi kerakyatan.

“Ini merupakan rapat besar partai pertama di Indonesia yang secara khusus membicarakan cara memajukan ekonomi kerakyatan,” kata Mindo.

Rakornas itu sekaligus menggelorakan kembali semangat ekonomi kerakyatan, sebagai pengejawantahan cita-cita Trisakti Bung Karno. Rakornas ini juga menunjukkan bukti konkret kinerja partai dalam membina sejumlah UMKM yang berdikari, yang berasal dari kreativitas sendiri dan sumber dayanya mayoritas berasal dari dalam negeri.

Ini bukan pertama kalinya PDIP memberikan pelatihan kepada pelaku usaha menengah dan kecil. Sejak 2005, PDIP melakukan pelatihan-pelatihan khusus untuk pelaku usaha kecil. Belum ada partai lain yang memiliki jaringan sebesar PDIP.

Saat krisis ekonomi 1998, hanya Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) yang bisa bertahan. Ratusan UMKM yang memamerkan produknya adalah hasil kerja dari Koperasi Mitra Sarana Perjuangan. Koperasi tersebut dibentuk khusus pada 2015 lalu untuk membantu pelaku usaha kecil menjalankan bisnisnya.

Untuk pertama kalinya dalam sejarah politik di Indonesia, partai menampilkan ternak sapi, ternak lele, ternak ayam buras, perikanan, fashion, berbagai tampilan kuliner bercitarasa Nusantara, dan berbagai bukti bagaimana ekonomi gotong royong bekerja di tengah rakyat.

Barangkali ini rapat besar partai pertama di Indonesia yang secara khusus membicarakan bagaimana memajukan ekonomi kerakyatan dan tidak berbicara sama sekali tentang kekuasaan.

PDIP ingin menampilkan wajah baru dalam politik Indonesia. Kecenderungan politik di Indonesia saat ini begitu kentara dengan kontestasi kekuasaan, berlomba untuk menang, dan menghalalkan berbagai cara. Akibatnya politik menjadi kering, penuh ketegangan, sarat dengan intrik, dan kehilangan kegembiraan.

Partai berlambang banteng moncong putih ini ingin menggagas terobosan baru dalam politik yang berkebudayaan. Rakornas Tiga Pilar Partai itu untuk menunjukkan bagaimana politik bekerja melalui praktik ekonomi gotong royong yang tumbuh subur di tengah rakyat.

Dan untuk pertama kalinya dalam sejarah politik di Indonesia, partai menampilkan ternak sapi, ternak lele, ternak ayam buras, perikanan, fashion, berbagai tampilan kuliner bercitarasa nusantara. [Didit Sidarta]