Koran Sulindo — Presiden RI Kelima yang juga Ketua Umum Partai Demokrasi Indonesia (PDI) Perjuangan Megawati Soekarnoputri menyampaikan salah satu alasannya terus menggelorakan semangat mencintai serta merawat lingkungan. Baginya, jika misalnya tanaman saja dirawat, tentu manusia juga akan lebih dirawat.
Megawati menyampaikan hal itu saat peluncuran buku “Merawat Pertiwi, Jalan Megawati Soekarnoputri Melestarikan Alam”, yang dipusatkan di kantor pusat partai di Jalan Diponegoro, Jakarta, Rabu (24/3).
“Terbayang kah jika saya dikatakan cinta tanaman, tentu paling utama saya cinta pada manusia. Karena Allah telah memberikan kehidupan ke manusia. “Lah tanaman saja kita urusi, ya orang mestinya lebih kita urusi,” kata Megawati.
“Kok saya senang tanaman, kenapa saya suka ambil tanaman dari pinggir jalan? Saya pelihara lalu dibudidayakan untuk diberikan ke orang lain daripada hidup di pinggir jalan. Artinya perikemanusiaan kita yang kita berikan,” imbuhnya.
Megawati lalu mengatakan bahwa semangat perikemanusiaan itu yang harus dijaga dan dihidupi terus, termasuk di dalam kehidupan partai politik. Maka bagi Megawati, buku itu sebenarnya bukan hanya bercerita mengenai merawat pertiwi tanaman. Tetapi juga merawat pertiwi manusia atau orang.
“Itu paling utama. Untuk apa tugas utama kalian itu? Kan membela, mengayomi rakyat, memberi kesejahteraan pada rakyat,” ujar Megawati yang juga Ketua Yayasan Kebun Raya Indonesia itu.
“Tak perlu sama meniru saya. Sedikit saja. Kalau ada orang miskin, tolong lah. Kalau anak tak punya orang tua, peluk lah. Jangan anak sendiri malah dikampleng,” tambah Megawati.
Megawati juga menjelaskan bahwa merawat bumi juga berkaitan dengan kehidupan sehari-hari, khususnya menyangkut kebuutuhan pangan. Dia mendorong agar Indonesia benar-benar mewujudkan kedaulatan pangan, bukan ketahanan pangan.
“Kalau ketahanan, makanan kurang, maka kita impor. Kalau kedaulatan pangan, segala yang ada di negara kita dapat kita makan, kita olah secara maksimal. Maka nanti kita bisa mengekspor bahan makanan itu,” ujar Megawati.
Bagi Megawati, Indonesia memiliki alam yang kaya raya. Seharusnya, para orang pintar Indonesia bisa menyatukan pikiran, fokus ke arah membangun negara dalam konsep kedaulatan pangan.
Dalam konteks itu, Megawati mmeminta agar para kader PDIP harus secara aktif mencari ide-ide kreatif yang bisa dilaksanakan di daerah masing-masing. Tujuannya satu, yakni agar bagaimana PDIP sebagai alat perjuangan untuk menyejahterakan rakyat, bukan menyejahterakan diri sendiri.
“Jangan terpaku bahwa saya anggota PDIP, maka harus sesuai instruksi partai. Harus berpikir luas soal kehidupan di sekitar kita, apa yang kita bsa berikan,” ujar Megawati.
“Kalau rakyat senang, pasti kita merasa senang. Itu filosofi yang harus kita amalkan. Kalau lingkungan kita sedih, masak kita ketawa. Nanti dibilang kita gila, orang sedih malah ketawa. Itulah namanya keseimbangan dan keselarasan kehidupan. Jadikanlah PDI Perjuangan sebagai alat perjuangan,” tegas Megawati.
“Masa kalian kalah dengan saya yang berumur 74 tahun? Saya masih bersemangat karena ingin kalian berkehidupan baik. Kalau rakyat sejahtera, kalian akan sejahtera. Itu pasti,” ujar Megawati.
Megawati lalu menyampaikan apresiasinya kepada Kristin Samah dan Maria Karsia, dua penulis buku itu.
“Terima kasih banyak telah membikin buku ini. Mudah-mudahan anak-anakku bisa tergerak hatinya untuk ikut ambil bagian dalam kehidupan dan menanam apa saja,” kata Megawati.
Pada bagian lain, Megawati juga meminta agar para politikus dan kader partainya belajar tentang kehidupan dari alam sekitar. Misalnya dari kunang-kunang, kodok, dan kupu-kupu.
Megawati mengaku mempelajari dan pernah bersentuhan dengan pemeliharaan ketiga binatang tersebut. Menurutnya, ketiga binatang itu diberi tugas oleh Sang Pembuat Hidup.
“Sebab kunang-kunang, adalah penyaring udara. Jadi kunang-kunang itu takkan mungkin hidup kalau udara tak bersih. Coba saja kalau tak percaya,” kata Megawati.
Daur hidup kunang-kunang, ketika telurnya masuk ke tanah, maka akan muncul ke atas permukaan setelah sekitar dua tahun. Artinya, kunang-kunang itu harus hidup prihatin selama dua tahun ngumpet di dalam tanah.
“Dan tugasnya hanya kira-kira dua mingguan untuk reproduksi, supaya alam ini bisa dideteksi hawanya bagus apa tidak. Itu kunang-kunang,” ujar Megawati.
Yang kedua adalah kodok. Menurut Megawati, berdasarkan pengalamannya, kodok akan memakan serangga dan nyamuk. Maka tanpa perlu racun serangga, cukup dengan memelihara kodok, serangga berbahaya tertentu seperti nyamuk takkan menganggu.
“Tak usah disemprot. Kodok itu adalah petugas semprot alam. Pelihara saja kodok banyak. Jentik akan dimakan kodok. Ketika mulai jadi nyamuk, akan dimakan kodok,” kata Megawati.
Yang ketiga adalah kupu-kupu, yang datang dari ulat dan kepompong. Ia akan diijinkan menjadi kupu-kupu yang indah. Lalu akan bekerja menghisap serbuk sari maupun madu bunga-bungaan, menyebarkan telurnya demi memberikan makan untuk makhluk lain.
“Semuanya itu hanya binatang. Tapi filosofinya sangat tinggi. Karena diperintah oleh Allah SWT. Kita ini, dikasih pikiran, malah jadi penjahat. Mereka hatinya suci, hanya untuk melaksanakan tugas Yang Di Atas. Jadi pada eling (ingat, red) ya,” kata Megawati.
Ia menjelaskan bahwa dengan belajar dari alam serta memelihara alam, kader PDI Perjuangan pasti akan lebih dicintai rakyat. Sebab itu artinya akan berbuat sesuatu yang bermanfaat untuk masyarakat. Bagi Megawati, dibanding sekadar berpolitik mencari uang untuk diri sendiri, lebih baik melakukan sesuatu dengan menanam tanaman di lingkungan sekitar.
“Kalau sekadar mencari uang, akhirnya bisa salah jalan. Saya sendiri merasa sedih jka ada anggota kita kena korupsi. Kenapa tak berpikir lebih baik kita menanam pohon? Yang di jalan saja. Murah meriah, tak perlu beli, wong tinggal ambil saja dan dipelihara,” kata Megawati.
Di acara itu, Megawati hadir secara virtual dari kediamannya di Jalan Teuku Umar, Jakarta. Sedangkan di kantor DPP PDI Perjuangan dipimpin oleh Sekjen Hasto Kristiyanto yang hadir bersama Ketua DPP PDIP I Made Urip. Hadir juga Menteri Sosial Tri Rismaharini, Kepala LIPI Laksana Tri Handoko, dan mantan Menteri Pertanian Bungaran Saragih. [CHA]