KH Asep: Kalau Minta Pemimpin yang Takut Allah, Pilih Jokowi

Dr KH Asep Saifuddin Chalim saat menerima kunjungan Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) di Pesantren Amanatul Ummah/Dokumen Amanatul Ummah

Koran Sulindo – Ketua Dewan Pembina Jaringan Kiai Santri Nasional (JKSN) KH Asep Saifuddin Chalim mengatakan kalau umat Islam terutama ulama menginginkan pemimpin yang takut dan bertaqwa kepada Allah, maka pilihannya adalah Joko Widodo dalam pemilihan presiden April 2019 nanti.

“Indikator takut dan taqwa itu shalat. Shalat Pak Jokowi baik, sesuai kitab Safinatus Shalat. Saya saksikan sendiri, tanpa hijab,” kata Kiai Asep, dalam Silaturahim Kiai dan Dai Muda di Bandung, Jawa Barat, Selasa (6/11/2018) malam, seperti dikutip antaranews.com.

Menurut Kiai Asep, Jokowi waktu sujud dalam salat jari-jari kakinya menghadap kiblat.

“Duduk iftirasy betul. Ini pasti karena terbiasa shalat,” kata pengasuh Pondok Pesantren Amanatul Ummah, Pacet, Mojokerto, Jawa Timur itu

Menurutnya, Jokowi juga shalat di awal waktu dan sering puasa Senin-Kamis.

“Kalau ulama berdoa minta pemimpin yang takut Allah maka pilih Jokowi,” katanya.

Di luar masalah keislaman Jokowi, Kiai Asep menyinggung kesungguhan Jokowi mencintai bangsa dan negaranya, serta keinginan menyejahterakan rakyat.

“Kalaupun sekarang belum bisa  menyejahterakan, Pak Jokowi sudah merintis ke arah itu. Freeport berusaha dikuasai, infrastruktur dibangun, itu semua arahnya ke sana. Ini langkah yang membutuhkan keberanian,” katanya.

Jokowi dinilainya juga memberikan bukti dan kerja nyata.

“Pak Jokowi telah melakukan kerja konkret menuju kesejahteraan, ini bukti, jangan dikalahkan oleh sesuatu yang baru janji,” katanya.

Kiai Asep secara khusus mengajak masyarakat Jawa Barat yang mayoritas Islam ahlussunnah waljamaah (Aswaja) memenangkan Jokowi.

“Tahun 2014 Pak Jokowi kalah di Jawa Barat. Sekarang gubernurnya Aswaja, kita harus berani memenangkan Pak Jokowi, minimal 70 persen, apalagi pendampingnya ulama yang benar-benar ulama,” kata Kiai Asep.

Anak Pendiri Nahdlatul Ulama

Pada Pilkada Jawa Timur lalu KH Dr Asep Saifuddin Chalim, MA didaulat para kiai-kiai Jawa Timur sebagai juru bicara ”Tim 17” Calon Gubernur Khofifah Indar Parawansa.

Pendiri sekaligus pengasuh dua Pondok Pesantren yakni Amanatul Ummah Surabaya dan Pacet Mojokerto Jawa Timur ini, total dengan santri sebanyak 8 ribu orang itu dan berpenghasilan sekitar Rp3 miliar setiap sebulan.

Menurut situs bangsaonline.com, Kiai Asep mengelola Pesantren Amanatul Ummah itu tanpa pernah meminta sumbangan kepada pemerintah.

Kiai yang fasih bahasa Inggris dan Arab ini adalah anak KH Abdul Chalim, salah satu pendiri NU. Ayahnya adalah kiai seangkatan dengan KH Abdul Wahab Hasbullah.

Kiai Abdul Chalim berperan besar atas berdirinya terutama dari segi administrasi.

”Yang mengurusi surat menyurat pendirian NU ya ayah saya. Yang ditugasi Hadratussyaikh Hasyim Asy’ari untuk mengisi nama-nama pengurus Tanfidizyah pertama ya ayah saya. Jadi sebenarnya ayah pendiri NU bersama Kiai Wahab Hasbullah,” katanya.

Menurut Kiai Asep, ayahnya selain akrab dengan Kiai Abdul Wahab Hasbullah juga kesayangan Hadratussyaikh KH Muhammad Hasyim Asy’ari, pendiri NU dan Pesantren Tebuireng.

Hadraturssyaikh bahkan menugasi Kiai Abdul Chalim untuk mengisi nama-nama struktur PBNU pertama.

”Ayah saya kan sekretaris Nahdlatul Wathan, sedang Kiai Abdul Wahab ketuanya,” kata lulusan IKIP (kini Unesa) Surabaya itu.

Pada susunan pengurus NU periode pertama Kiai Abdul Chalim tercatat sebagai Katib Tsani. Sedang Kiai Abdul Wahab Hasbullah adalah Katib Awal. Saat itu Hadratussyaikh KH Muhammad KH Hasyim Asy’ari menjadi Rais Akbar.

Uniknya, meski Kiai Abdul Chalim tiap hari bersama kiai-kiai besar dan pengasuh pesantren, tapi ia sendiri tak punya pesantren. Padahal Kiai Abdul Chalim juga teman seangkatan dengan Kiai Abdul Wahab Hasbullah ketika belajar di Makkah. Tak aneh, jika saat itu Kiai Wahab Hasbullah sempat menegur.

”Dari semua kiai yang jadi pengurus NU hanya sampean yang gak punya pesantren,” kata Kiai Abdul Wahab Hasbullah kepada Kiai Abdul Chalim.

Lalu apa jawaban Kiai Abdul Chalim? ”Nanti anak saya yang akan punya pesantren besar dan banyak santrinya. Kiai Wahab sempat tercengang mendengar jawaban ayah saya,” jawab Kiai Abdul Chalim, seperti dituturkan kembali oleh Kiai Asep. [DAS]