Ilustrasi/Stluciatimes.com

Koran Sulindo – Laporan ekonomi triwulan terbaru Bank Dunia (World Bank) memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia periode 2018-2020 berada pada kisaran 5,3 persen, lebih tinggi dari pencapaian 2017 sebesar 5,1 persen.

“Pertumbuhan di atas lima persen ini sudah termasuk tiga besar di antara negara-negara G20, tapi masih ada kesempatan untuk improve, karena pertumbuhan ekonomi potensial Indonesia bisa mencapai 5,6 persen,” kata Direktur Wilayah Bank Dunia untuk Indonesia Rodrigo Chaves, di Energy Buliding, Jakarta, Selasa (27/3/2018), seperti dikutip antaranews.com.

Proyeksi ini dinyatakan lebih realistis, karena saat ini banyak risiko yang bisa menekan, antara lain melambatnya perdagangan global, volatilitas kurs mata uang, dan menurunnya konsumsi rumah tangga.

Namun inflasi yang rendah didukung oleh peningkatan pengeluaran menjelang Pemilu dan membaiknya harga komoditas bisa menjadi pemicu pertumbuhan konsumsi rumah tangga dalam periode ini.

Bank Dunia mendorong kinerja investasi melalui konsistensi perbaikan kemudahan berusaha yang sudah dilakukan pemerintah Joko Widodo-Jusuf Kalla.

“Indonesia harus memberikan pesan yang jelas bahwa modal masuk seperti FDI tidak hanya diundang namun juga disambut dengan baik,” kata Rodrigo.

Proyeksi ini juga menghitung kemungkinan meningkatnya proteksionisme global yang bisa membebani pertumbuhan ekonomi, harga komoditas, dan arus modal keluar sebagai dampak kebijakan normalisasi moneter Federal Reserve.

Belanja Efektif

Sementara itu ekonom utama Bank Dunia di Indonesia, Frederico Gil Sander,  mengimbau Indonesia mendorong belanja lebih efektif di sektor prioritas.

“Untuk mendukung pertumbuhan yang inklusif, Indonesia perlu melakukan belanja lebih efektif untuk pendidikan dan membelanjakan lebih banyak di bidang prioritas seperti infrastruktur, kesehatan, dan bantuan sosial,” kata Gil Sander, di tempat sama.

Belanja yang lebih efektif itu harus didukung penerimaan pajak yang lebih ramah pertumbuhan dan efisien.

“Penerimaan dengan cara-cara yang efisien dan ramah pertumbuhan bisa dilakukan dengan reformasi pajak yang terkait dengan perluasan basis pajak, penyederhanaan peraturan pajak dan penguatan manajemen kepatuhan,” kata Gil Sander.

Dalam 15 tahun terakhir kebijakan fiskal Indonesia memberikan kontribusi positif terhadap pertumbuhan ekonomi, namun tak berhasil menekan tingkat kesenjangan karena kurang efektifnya penerimaan dan penyerapan belanja publik.

Proyeksi Bank Dunia, yang didukung The Australian Department of Foreign Affairs and Trade ini, bisa diunduh di situs World Bank. [DAS]