Bukan hanya Lembaga Tenaga Atom yang bekerja, tapi juga Bung Karno sendiri turun tangan langsung. Ketika itu, Amerika Serikat dipimpin oleh Presiden John F. Kennedy, sahabat Bung Karno. Dan, Perang Dingin sedang berlangsung antara Amerika Serikat dan Uni Soviet.

Dengan memanfaatkan ketegangan yang terjadi di antara kedua negara itu, Bung Karno berhasil membujuk Kennedy agar negaranya membantu Indonesia mendirikan reaktor kecil berkuatan 250 kilowatt untuk tujuan riset.

Amerika Serikat bersedia. Kerja sama bilateral di bidang nuklir antara Indonesia dan Amerika Serikat ditandatangani pada Juni 1960, di bawah program “Atom for Peace”. Amerika Serikat antara lain memberikan bantuan dana sebesar US$ 350.000 untuk pembangunan reaktor nuklir. Untuk riset pengembangannya, Indonesia diberi dana US$ 141.000. Maka, dibangunlah reaktor kecil tersebut di Institut Teknologi Bandung pada April 1961.

Dari Uni Soviet, Indonesia melalui Bung Karno juga mendapat bantuan. Negara itu membiayai pembangunan dua reaktor nuklir di Indonesia. Juga untuk tujuan riset. Reaktor pertama selesai pun dibangun pada November 1962, dengan perjanjian untuk memperoleh reaktor lain berkekuatan 2.000 kilowatt yang ditandatangani tahun 1964.

Sebelum reaktor tersebut jadi, Republik Rakyat Cina pada 16 Oktober 1964 berhasil meledakan bom atom pertama. Uji coba ini seakan ingin menujukkan kepada dunia bahwa negara berkembang pun memiliki kemampuan untuk mengembangkan teknologi nuklirnya sendiri.

Dengan adanya peristiwa itu, Bung Karno semakin tertarik dengan nuklir. Ia pun kemudian ingin mengalihkan penggunaan tenaga nuklir demi tujuan riset menjadi senjata nuklir. Dalam pandangan Bung Karno, jika Indonesia memiliki senjata nuklir, status Indonesia di dunia internasional juga akan meningkat.

Maka, pada 15 November 1964, Direktur Pengadaan Senjata Angkatan Darat Brigadir Jenderal Hartono membuat pengumuman: Indonesia akan melakukan uji coba bom atom pada tahun 1969. Dikatakan juga, ada sekitar 200 ilmuwan sedang bekerja memproduksi bom atom tersebut di Indonesia. Rencananya, bom atom Indonesia akan diledakkan dalam sebuah uji coba di luar Kepulauan Mentawai, Sumatera Barat.

Reaktor Atom Triga Mark II, Bandung
Reaktor Atom Triga Mark II, Bandung

Selang sehari kemudian, pada 16 November 1964, ilmuwan-ilmuwan nuklir Indonesia yang dipimpin Ir. Djali Ahimsa berhasil menyelesaikan criticality-experiment terhadap reaktor nuklir pertama Triga Mark II di Bandung. Triga adalah sebuah reaktor nuklir kecil yang didesain dan dibuat oleh General Atomics dari Amerika Serikat. Nama Triga sendiri adalah akronim dari “Training, Research, Isotopes, General Atomics“. Reaktor tipe kolam itu bisa dipasang tanpa gedung dan didesain untuk digunakan institusi ilmiah dan universitas untuk keperluan pendidikan tinggi, riset swasta pribadi, tes tidak merusak, dan produksi isotop.