Ilustrasi: Megawati Soekarnoputri mengibarkan bendera Merah Putih seusai berpidato/istimewa

Koran Sulindo – Megawati Soekarnoputri sejenak seperti tak kuasa menahan tangis saat mengenangkan ayahnya.

“Saya tahu beliau ada. Saya tahu beliau bahagia. Masih ada pengikut-pengikutnya dan makin hari saya percaya makin besar. Hanya satu syaratnya kalian harus solid. Apakah sanggup?”  kata Megawati di hadapan ribuan kadernya, di makam Bung Karno, Blitar, Jawa Timur, Senin (5/6).

Hari itu PDI Perjuangan menggelar buka puasa bersama dan tarawih dilanjutkan peringatan hari lahir Bung Karno. Kegiatan ini dihadiri warga setempat bersama sejumlah kepala daerah dan seluruh pengurus DPP, DPD dan DPC PDIP se-Indonesia

“Mari kita ingat perjuangan Bung Karno dan pejuang lainnya dari NU, Muhamadiyah, dan seluruh elemen bangsa, yang saat itu bisa berjuang bersama,” kata Megawati, sebelumnya, ketika mengawali sambutan.

Ia lalu bertanya bagaimana bisa ada penjajahan 350 tahun padahal banyak perlawanan yang dilakukan orang Nusantara terhadap penjajah namun selalu gagal.

“Bagi saya, penyebab sebenarnya adalah karena kita mudah dipecah belah. Kata Bung Karno, divide et impera,” kata anak kedua Presiden pertama RI itu.

Setelah para pendiri bangsa memperkenalkan Sumpah Pemuda, baru roda sejarah Indonesia berubah. Dengan ikrar satu nusa, satu bangsa, satu bahasa itu, Indonesia bersatu.

Dari isi ikrar Sumpah Pemuda itu, kata Megawati, kita merasa  kita Bhinneka Tunggal Ika. Ada beragam, tetapi satu jua.

“Setelah itu baru bisa akhirnya proklamasikan kemerdekaan kita,” kata Megawati.

Namun setelah lebih 70 tahun merdeka saat ini ada sebagian dari bangsa Indonesia yang mempersempit cara berpikirnya, menganggap hanya ada satu golongan atau satu kelompok yang merasa paling berhak pada Indonesia.

Menurut Megawati, seharusnya kelompok itu mencoba berefleksi kepada apa yang terjadi di Timur Tengah yang beberapa negara di sana kini porak poranda karena terpecah-belah.

“Apakah itu bukan sebuah contoh yang buruk? Padahal kalau kita lihat di sana, bagian terbesar yang berkelahi dan saling bunuh adalah umat Islam sendiri. Apa yang sebenarnya akan dicapai?”

Megawati mengucapkan terima kasih dan bangganya atas partisipasi ribuan kadernya dari seluruh Indonesia.

“Belum tentu setiap partai bisa melakukan yang kita lakukan ini. Kita sudah merasakan kita keluarga besar yang selalu bergotong royong,” kata Megawati.

Seusai pidato Megawati, terdengar lagu Berkibarlah Bendera Negeriku karya Gombloh. Sekjen PDI Perjuangan Hasto Kristiyanto menyerahkan bendera Merah Putih,  dan  Megawati mengangkat tiang bendera merah putih dan mengibarkannya di udara.

Sekitar 6 ribu kader yang tadinya hikmat saling berlomba mengabadikan momen itu. [CHA/DAS]