Lokasi bom bunuh diri St. Petersburg [Foto: Istimewa]

Koran Sulindo – Aparat keamanan merilis pelaku pengeboman kereta bawah tanah di St. Petersburg. Pelaku diidentifikasi sebagai Akbarzhon Jalilov, warga negara Rusia berusia 22 tahun keturunan Kirgistan.

Komite Keamanan Nasional Kirgistan memastikan pemuda itu menjadi pelaku serangan setelah polisi mengkonfirmasi bagian-bagian tubuh Jalilov yang ditemukan di gerbong yang meledak.

Penunjukkan Jalilov mengakhiri rumor liar siapa pelaku serangan bom bunuh diri tersebut. Termasuk seorang pria tak bersalah yang fotonya beredar luas di media-media Rusia.

Bom bunuh diri meledak di kereta bawah tanah St. Petersburg, Selasa (4/4)  menewaskan 14 penumpang dan melukai puluhan lainnya. Tiga korban di antaranya meninggal di rumah sakit akibat luka-lukannya. Komite Anti Terorisme Rusia menyebut lokasi ledakan berada di antara Tekhnologichesky Institut dan Sennaya Square. Bom lain ditemukan dan dijinakkan di Ploshchad Vosstaniya, sebuah stasiun lain di pusat kota St. Petersburg.

Penyelidik meyakini bom kedua memiliki dampak merusak lebih besar dibanding bom pertama. Pemerintah segera menutup tujuh stasiun lain dan mengerahkan aparat tambahan di jalan-jalan utama serta sarana transportasi publik.

Fragmen tubuh yang ditemukan di lokasi kejadian menunjukkan serangan tersebut adalah bom bunuh diri. Belum dipastikan apakah pemuda itu bekerja sendiri atau melibatkan jaringan yang lebih luas. Pihak berwenang menyebut DNA Jalilov ditemukan pada bom kedua. Rekaman CCTV juga memberi petunjuk bahwa orang yang sama berada di balik kedua serangan itu.

Laporan kantor berita Interfax menulis laman Jalilov di media sosial Vkontakte menampilkan gaya khas pemuda kebanyakan yang menjalani kehidupan sekuler tanpa tendensi melakukan kekerasan. Beberapa foto menunjukkan, Jalilov mengenakan pakaian bergaya Barat, makan di restoran, dan merokok pipa hookah. Daftar minatnya di laman media sosial itu adalah stasiun radio musik pop hingga seni bela diri campuran. Dia juga menyukai laman petinju Mike Tyson.

Minat Jalilov pada agama ditunjukkan pada tautan ke sebuah situs yang menampilkan kutipan Quran untuk membantu orang mengenal Islam. Jalilov juga tertarik pada kutipan-kutipan Muhammad bin Abd al-Wahhab, ulama abad ke-18 yang dikenal sebagai peletak dasar Wahabbisme.

Berasal dari Osh, sebuah kota di Kirgistan Selatan, Jalilov pindah ke St. Petersburg bersama ayahnya beberapa tahun lalu. Tetangga Jalilov menyatakan, pemuda itu bekerja dengan ayahnya di bengkel  dan sempat bekerja di sebuah restoran sushi selama setahun. Ia juga menggemari sambo, sebuah seni bela diri yang populer di Rusia.

Muslim Rusia
Saat ini setidaknya ratusan ribu muslim dari Asia Tengah tinggal di berbagai kota besar Rusia. Kebanyakan dari mereka menggantungkan hidup di sektor-sektor konstruksi dalam kondisi buruk. Sebagian besar dari mereka mengirim pendapatan yang diperoleh kepada keluarganya di kampung halaman.

Kombinasi kondisi hidup yang sulit dan perlakuan rasis menjadi alasan beberapa dari mereka menjadi radikal setelah pindah ke Rusia. Ratusan bahkan mungkin ribuan, muslim Asia Tengah berperang atas nama Islam di Suriah dengan bergabung ke ISIS atau Alqaeda. Namun sejauh ini belum ada bukti Jalilov memiliki hubungan dengan kelompok-kelompok radikal itu.

Meningkatnya radikalisasi muslim di Asia Tengah diduga merupakan imbas kebijakan represif Kremlin di wilayah itu. Kelompok-kelompok radikal di Kaukasus Utara secara konstan menargetkan kepentingan Rusia termasuk serangan bom bunuh diri di Moskow tahun 2010. Serangan terakhir terjadi di bandara Domodedovo Januari 2011 silam. [TGU]