Koran Sulindo – Konfrontasi geopolitik baru terbentuk di Timur Tengah, seperti kebanyakan konflik di kawasan itu persaingan sengit ditujukan untuk menguasai sumber daya karbon yakni minyak dan gas.

Tak hanya melibatkan Israel, Suriah dan Iran, konflik terbaru juga mencakup Lebanon dan batas demarkasi zona eksklusif di antara mereka..

Tahun 2010, geopolitik yang minyak dan gas di Mediterania berubah secara mendalam ketika perusahaan minyak Texas, Noble Energy, menemukan deposit gas alam dalam jumlah besar di lepas pantai Israel di Mediterania Timur.

Wilayah yang kini disebut sebagai Lapangan Leviathan itu,  menjadi salah satu penemuan lapangan gas terbesar di dunia dalam lebih dari satu dekade terakhir. Perusahaan yang sama juga mengkonfirmasi sumber daya gas dalam jumlah signifikan di lepas pantai perairan Siprus dekat Leviathan yang disebut Aphrodite.

Lumpuhnya kemampuan politik di Lebanon berlarut-larutnya perang di Suriah secara efektif telah mencegah Lebanon mengeksplorasi potensi gas dan minyak di lepas pantainya. Kondisi itu berubah dan ketegangan antara Israel dan Lebanon segera meningkat.  Lebanon berani berdiri menghadapi Israel, karena tampilnya Rusia di belakang Lebanon dengan cara yang berani.

Pada tanggal 9 Februari silam, Presiden Lebanon Michel Aoun, CEO Total, ENI dan Novatek dari Rusia menyepakati perjanjian untuk mengebor minyak dan gas di sektor lepas pantai yang diklaim sebagai bagian dari Zona Ekonomi Eksklusif Lebanon.

Acara tersebut dikritik Menteri Pertahanan Israel Avigdor Lieberman yang menuding tender tersebut ‘sangat provokatif’ karena mengundang perusahaan internasional untuk ladang gas “yang bahwa jelas-jelas semua itu milik kita.”

Pengerjaan lapangan gas miliki Lebanon tersebut menandai sebuah hubungan yang dramatis dan sekaligus menciptakan kalkulasi politik yang sama sekali baru di Mediterania.

Bagi Lebanon, pengembangan sumber gas alam milik sendiri bakal menjadi anugerah. Negara itu telah mengalami pemadaman listrik sejak perang sipil 1975. Mereka secara bergilir terus memadamkan listrik karena konsumsi puncak melebihi kemampuan yang sanggup diproduksi pembangkit lokal.

Selama ini, gas dan minyak harus diimpor dengan anggaran mencapai US$2,5 miliar yang membuat Lebanon menjadi salah satu negara dengan utang terbesar.

Di sisi lain, Perang Suriah dan kebuntuan politik internal Libanon telah membuat kegiatan eksplorasi energi di lepas pantai berhenti sampai sekarang.

Sebuah survei geofisika di lepas pantai Lebanon di Cekungan Levant yang dikerjakan perusahaan Inggris, Spectrum memperkirakan cekungan itu menyimpan sedikitnya 25 triliun kaki kubik cadangan gas yang secara ekonomis layak untuk diusahakan.

Pengembangan cadangan gas itu diasumsikan bakal mengubah keseluruhan perekonomian  Lebanon.

Melanjutkan survei Spectrum, sebuah konsorsium internasional yang dipimpin Total raksasa minyak Prancis, ENI Italia dan Novatek dari Rusia telah mengajukan hak pengeboran kepada Beirut.

Total bahkan telah mengumumkan sumur pertama di Blok 4 yang terbukti memiliki cadangan akan mulai dibor tahun depan. Mereka juga akan melakukan pengeboran di Blok 9, yang sebagian besar wilayahnya diklaim oleh Israel. Total dengan cepat mengklarifikasi bahwa pengeboran Blok 9 akan terjadi lebih dari 15 mil dari zona sengketa yang diklaim Israel.

Israel segera mengajukan protes keras atas rencana pengeboran itu.

Lebanon dan Israel memiliki sengketa maritim yang belum terselesaikan di perairan yang mencakup luas 330 mil persegi di tiga blok dari 10 blok yang ada.

Dibayangi potensi konflik sumber daya di wilayah ini, bukan kebetulan jika Lebanon menyambut baik partisipasi Novatek, sebuah perusahaan minyak Rusia yang dekat dengan Vladimir Putin.

Kremlin bahkan telah memberi wewenang Kementerian Pertahanan Rusia untuk mempersiapkan sebuah perjanjian kerjasama militer yang bakal mencakup, “kerangka koordinasi komprehensif” dengan militer Lebanon.

Kerjasama itu disebut akan melibatkan latihan militer gabungan serta penggunaan pelabuhan dan lapangan terbang Lebanon oleh Rusia. Kerjasama juga akan berupa tukar menukar informasi peningkatan kemampuan pertahanan, pelatihan dan pembangunan angkatan bersenjata.

Setelah memastikan secara permanen keberadaan kapal-kapalnya di Pelabuhan Tartus dan pesawat di Pangkalan Udara Hmeimim, kerjasama dengan Lebanon mengirim pesan yang jelas bahwa Moskow menaruh perhatian besar di kawasan ini.

Kesepakatan Rusia-Lebanon ini tentu tidak sesuai dengan daftar keinginan Netanyahu. Meningkatnya serangan Israel secara dramatis di wilayah udara Suriah sejak 10 Februari lalu menunjukkan ide Israel untuk mencoba mengganggu jalur pasokan de facto Iran-Suriah-Lebanon untuk menopang Hizbullah di Lebanon.[TGU]