Pendiri dan Pemimpin Umum Suluh Indonesia, Emir Moeis (kiri) bersama Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri.
Pendiri dan Pemimpin Umum Suluh Indonesia, Emir Moeis (kiri) bersama Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri.

Koran Sulindo – Sabtu malam pekan lalu, 27 Agustus 2016, sebuah perhelatan sederhana berlangsung untuk merayakan ulang tahun ke-66 Izedrik Emir Moeis, pendiri dan Pemimpin Umum Koran Suluh Indonesia. “Acaranya sederhana saja. Yang hadir juga hanya keluarga dan sahabat Pak Emir,” kata Judi Anggadiredja, salah seorang rekan dekat Emir Moeis, yang hadir di acara tersebut.

Meski hanya acara sederhana untuk keluarga dan sahabat, ucapan selamat lewat karangan bunga kepada Emir datang dari sejumlah tokoh, antara lain dari Gubernur Bank Indonesia Agus Martowardojo dan Sekretaris Jenderal PDI Perjuangan Hasto Kristiyanto.

Yang paling istimewa tentu saja karangan bunga dari Megawati Soekarnoputri. Karangan bunga mawar merah dan putih dari Ketua Umum PDI Perjuangan itu disertai ucapan “Selamat Ulang Tahun. Panjang Umur, Sehat, dan Awet Muda.”

Emir Moeis lahir di Jakarta pada 27 Agustus 1950. Ayahnya, Inche Abdul Moeis, adalah seorang tokoh PNI sejak masa pemerintahan Presiden Soekarno. Sang ayah berasal dari Samarinda, Kalimantan Timur. Ibunda Emir, RANooraini Aisyah Djajapoetra, berasal dari Menggala, Lampung.

Dengan latar-belakang sang ayah tersebut, tak mengherankan bila Emir Moeis sejak belia sudah hidup di kalangan kaum nasionalis. Emir juga sudah mengenal putra-putri Bung Karno, termasuk Megawati Soekarnoputri, sejak lama.

“Mulai SD hingga lulus SMP, saya bersekolah di Yayasan Perguruan Cikini. Di sini pula semua putra dan putri Bung Karno bersekolah, sehingga saya berkesempatan mengenal mereka semua. Karena perkenalan itu pula saya bisa mengunjungi Istana Merdeka di kala kecil untuk hadir pada saat acara-acara ulang tahun adik-adik Mbak Mega, sekaligus berkesempatan bisa bertemu Bung Karno,” kata Emir, yang lulus dari Institut Teknologi Bandung tahun 1974.

Kedekatan dengan Megawati semakin erat saat Emir bergabung dengan PDI Perjuangan. Padahal, saat itu Emir masih berstatus sebagai pegawai negeri, dosen di Fakultas Teknik Universitas Indonesia. Lewat partai banteng pula, di tahun 1999, ia menjadi anggota DPR RI dari daerah pemilihan Kalimantan Timur. Sejak itu, Emir terus berkiprah di PDI Perjuangan dan parlemen—tentunya sebagai representasi partai.

Berbagai posisi penting pernah ia sandang. Emir, misalnya, pernah selama dua periode menjadi Ketua Bidang Keuangan dan Perbankan DPP PDI Perjuangan. Di DPR, ia pernah menduduki posisi Ketua Panitia Anggaran dan Ketua Komisi XI, yang membawahi masalah keuangan dan perbankan.

Ketika Emir Moeis tersandung perkara hukum—yang lebih bernuansa politis daripada masalah hukum—Megawati Soekarnoputri selaku Ketua Umum PDI Perjuangan dan sahabat selalu membesarkan hatinya. Itu terjadi setiap kali Emir bertemu Megawati untuk melaporkan perkembangan perkaranya.

Megawati pula orang yang didatangi Emir pertama kali saat dirinya telah bebas dari  penjara. Ketika Emir berniat menerbitkan kembali koran Suluh Indonesia, dengan tujuan membantu membesarkan partai, Megawati juga sangat mendukung. Bahkan, Megawati kerap memberikan pengarahan dan masukan untuk setiap penerbitan koran Suluh Indonesia.

Sebaliknya, Emir juga kerap diminta pendapatnya dalam proses penyusunan berbagai kebijakan partai. Beberapa kali, ia diminta sang ketua umum untuk mengikuti rapat-rapat DPP PDI Perjuangan.

Hubungan Megawati Soekarnoputri dan Emir Moeis memang tidak sebatas ketua umum dan kader partai, melainkan juga hubungan persahabatan ideologis yang terentang panjang. Karangan bunga dan ucapan selamat yang tulus dari Megawati di hari ulang tahun Emir Moeis itu menandakan kukuhnya persahabatan tersebut. [CHA/IH]